KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Situasi di perbatasan Rusia dan Ukraina tampak mencekam. Rasanya seperti adegan dari Perang Dingin. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumpulkan ribuan tentara di perbatasan Ukraina. Banyak yang menduga-duga, Rusia akan melancarkan invasi ke negara tetangganya. Kemungkinan akan terjadu pertumpahan darah antara Timur dan Barat. Dari munculnya kondisi itu, Amerika Serikat untuk mencegah serangan Rusia ke Ukraina.
Situasi meningkat selama akhir pekan ketika muncul bahwa Presiden Biden sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan beberapa ribu tentara AS, serta kapal perang dan pesawat, ke sekutu NATO di Baltik dan Eropa Timur. Melansir
New York Times, Rusia telah memobilisasi sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina. Intelijen Amerika Serikat telah mengungkapkan, Rusia memiliki rencana perang yang membayangi kekuatan invasi 175.000 tentara yang militer Ukraina, meskipun peralatan dan pelatihan yang disediakan AS, akan memiliki sedikit kemampuan untuk menghentikannya.
Baca Juga: Pesawat Amerika Bawa Rudal dan Peluncur Javelin ke Ukraina, Ini Aksi Balasan Rusia "Invasi akan menjadi hal paling penting yang terjadi di dunia dalam hal perang dan perdamaian sejak Perang Dunia II,” kata Biden. Penilaian intelijen saat ini yang dijelaskan oleh pejabat Gedung Putih menyimpulkan bahwa Putin belum membuat keputusan tentang apakah akan menyerang tidak. Dan sejauh ini, tidak ada opsi militer yang dipertimbangkan termasuk mengerahkan pasukan Amerika tambahan ke Ukraina sendiri. Sebuah potensi gejolak militer mengancam untuk mengacaukan wilayah pasca-Soviet yang sudah bergejolak, diterpa oleh pemberontakan populer bulan ini di Kazakhstan. Ini juga akan memiliki konsekuensi serius bagi struktur keamanan yang telah mengatur Eropa sejak runtuhnya Uni Soviet tiga dekade lalu.
Baca Juga: Konflik Ukraina dan Jelang Pertemuan The Feb Bikin Gejolak Aset Investasi Global Editor: Barratut Taqiyyah Rafie