MOMSMONEY.ID - Jakarta adalah nama Ibu Kota Republik Indonesia serta akan dijelaskan mengenai asal usul nama Jakarta. Sebelum bernama Jakarta, kota ini sudah beberapa kali mengalami perubahan nama. Pergantian nama Jakarta biasanya terkait dengan momen peristiwa sejarah yang berlangsung saat itu. Dirangkum dari portal informasi Indonesia atau
Indonesia.go.id, sebelum berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh-Pakuan di abad ke-12, nama kota ini adalah ‘Sunda Kelapa’.
Baca Juga: 37 Twibbon HUT Jakarta 496 yang Diperingati 22 Juni 2023, Yuk Ramaikan! Meski demikian, konon, sejatinya eksistensinya telah ada sejak abad ke-5 ketika berada di bawah Kerajaan Tarumanegara. Selanjutnya, berdasarkan Prasasti Kebon Kopi (942 M), nama ‘Sunda Kalapa’ diperkirakan baru muncul memasuki abad sepuluh. Kemudian, berdasarkan laporan yang disimpan di Torre de Tombo Lisabon, kota ini disebut dengan nama "Kalapa" ketika orang Portugis pertama kali mengunjungi Kerajaan Galuh-Pakuan di tahun 1511 (Adolf Heuken, 2001).
Baca Juga: Kesetaraan Hukum di Sistem Perpajakan Jayakarta menjadi Batavia
Namun, pada 22 Juni 1527, Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Untuk memperingati momen tersebut, maka nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Sementara, orang Barat yang singgah menyebut kota ini dengan nama ‘Jacatra’. Sampai 1619 orang Belanda masih menyebut dengan nama itu. Akan tetapi sejak Jan Pieterszoon Coen dengan membawa 1.000 pasukan menyerang Kerajaan Banten dan menghancurkan Jayakarta pada 1619, praktis kota ini dikuasai Belanda. Melalui kesepakatan De Heeren Zeventien (Dewan 17) dari VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), maka pada 4 Maret 1621 namanya diubah menjadi ‘Batavia’.
Baca Juga: Harga Tiket Jakarta Fair 2023, Hari Ini (15/6) Weird Genius Konser Musik Di PRJ Nama ini berasal dari nama etnis Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein, dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Belanda dan Jerman, ‘Bataf’. Bangsa Belanda sangat mengagungkan nenek moyangnya sehingga mereka merasa perlu mengabadikan nama Batavia di negeri jajahannya, termasuk di Indonesia. Selain itu, Batavia juga merupakan nama sebuah kapal layar yang cukup besar buatan Belanda (VOC). Kapal tersebut dibuat pada 29 Oktober 1628 dan dinahkodai oleh Kapten Adriaan Jakobsz. Meski demikian, tidak jelas sejarahnya, entah nama kapal tersebut yang merupakan awal dari nama kota Batavia, atau sebaliknya pihak VOC yang menggunakan nama Batavia untuk menamai kapalnya.
Baca Juga: Cocok untuk Konsumen Loyal Penggunaan nama Jakarta
Berdasarkan catatan sejarah, nama Batavia paling lama dikenakan yakni hingga tiga abad lebih. Setidaknya bermula pada 1619, atau sumber lain mengatakan tahun 1621, hingga tahun 1942. Kemudian, sejalan dengan kebijakan de-Nederlandisasi oleh Pemerintah Jepang, nama kota sengaja diganti dengan bahasa Indonesia atau Jepang. Pada 1942 nama Batavia berubah menjadi ‘Djakarta’ sebagai akronim ‘Djajakarta’. Menurut Lasmijah Hardi dalam ‘
Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita’ (1987), pergantian nama itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942. Nama lengkap kota itu ialah ‘Jakarta Tokubetsu Shi’.
Baca Juga: Sambut HUT DKI Jakarta ke-496, Intip Program Jakarta Fair Kemayoran 2023 Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia ke-2 dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap lazim dipakai orang Indonesia dengan meninggalkan nama Jepang-nya. Memasuki zaman Indonesia merdeka, Menteri Penerangan RIS (Republik Indonesia Serikat) saat itu, yaitu Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu, menegaskan bahwa sejak 30 Desember 1949 tak ada lagi sebutan Batavia bagi kota ini. Sejak saat itu, nama Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta. Pemberian nama Jakarta ini kembali dikukuhkan pada 22 Juni 1956 oleh Wali Kota Jakarta Sudiro (1953-1960). Saat itu, sebelum 1959, posisi Jakarta masih merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat.
Baca Juga: HUT FIF ke34,Jangan Lupa, Besok Ada Pesta dari 50 Kuliner Legendaris Nusantara di GBK Kemudian, pada 1959, status Jakarta mengalami perubahan dari sebuah kota praja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat Satu yang dipimpin oleh gubernur. Gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo. Pada 1961, status Jakarta diubah kembali, dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI). Sedangkan penetapan tanggal 22 Juni itu sengaja didasarkan pada momen peristiwa kemenangan Fatahillah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527. Dan hingga kini setiap tanggal 22 Juni praktis diperingati sebagai HUT Ibu Kota Republik Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News