KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam pekan ini, Bank Indonesia kemungkinan besar akan kembali mengerek suku bunga acuan seiring dengan keputusan serupa yang akan diambil Bank Sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserves. Lantas, pasar obligasi pun berpotensi makin terkoreksi terutama jika nilai tukar rupiah tak juga kunjung stabil. I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Sekuritas, berpendapat, prospek pasar obligasi ke depan sejatinya lebih bergantung pada kondisi kurs rupiah pasca kenaikan suku bunga acuan. Menurutnya, stabilitas nilai tukar bakal menjadi sentimen positif yang signifikan bagi pasar obligasi terutama menarik masuk kembali dana investasi asing. Di sisi lain, Made melihat, Bank Indonesia memang harus menaikkan suku bunga untuk menjaga spread imbal hasil surat utang dalam negeri dengan luar negeri tetap menarik, ini untuk mempertahankan dana investor asing. Meski risikonya, cost of fund penerbitan obligasi baik bagi pemerintah maupun emiten, hingga peminjaman perbankan harus jadi lebih mahal.
Asal rupiah stabil, pasar obligasi bisa membaik meski bunga acuan BI naik lagi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam pekan ini, Bank Indonesia kemungkinan besar akan kembali mengerek suku bunga acuan seiring dengan keputusan serupa yang akan diambil Bank Sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserves. Lantas, pasar obligasi pun berpotensi makin terkoreksi terutama jika nilai tukar rupiah tak juga kunjung stabil. I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Sekuritas, berpendapat, prospek pasar obligasi ke depan sejatinya lebih bergantung pada kondisi kurs rupiah pasca kenaikan suku bunga acuan. Menurutnya, stabilitas nilai tukar bakal menjadi sentimen positif yang signifikan bagi pasar obligasi terutama menarik masuk kembali dana investasi asing. Di sisi lain, Made melihat, Bank Indonesia memang harus menaikkan suku bunga untuk menjaga spread imbal hasil surat utang dalam negeri dengan luar negeri tetap menarik, ini untuk mempertahankan dana investor asing. Meski risikonya, cost of fund penerbitan obligasi baik bagi pemerintah maupun emiten, hingga peminjaman perbankan harus jadi lebih mahal.