Asal rupiah stabil, pasar obligasi bisa membaik meski bunga acuan BI naik lagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam pekan ini, Bank Indonesia kemungkinan besar akan kembali mengerek suku bunga acuan seiring dengan keputusan serupa yang akan diambil Bank Sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserves. Lantas, pasar obligasi pun berpotensi makin terkoreksi terutama jika nilai tukar rupiah tak juga kunjung stabil.

I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Sekuritas, berpendapat, prospek pasar obligasi ke depan sejatinya lebih bergantung pada kondisi kurs rupiah pasca kenaikan suku bunga acuan. Menurutnya, stabilitas nilai tukar bakal menjadi sentimen positif yang signifikan bagi pasar obligasi terutama menarik masuk kembali dana investasi asing.

Di sisi lain, Made melihat, Bank Indonesia memang harus menaikkan suku bunga untuk menjaga spread imbal hasil surat utang dalam negeri dengan luar negeri tetap menarik, ini untuk mempertahankan dana investor asing. Meski risikonya, cost of fund penerbitan obligasi baik bagi pemerintah maupun emiten, hingga peminjaman perbankan harus jadi lebih mahal.


"Tapi semoga kenaikan suku bunga juga didukung oleh upaya-upaya lain agar neraca dagang bisa kembali surplus dan portofolio investasi bisa mencetak netbuy lagi," kata Made, Senin (24/9).

Ia memprediksi, kondisi pasar obligasi di akhir kuartal ketiga ini bisa membaik jika kurs rupiah terjaga stabil. Dengan asumsi The Fed dan Bank Indonesia sama-sama menaikkan suku bunga acuan, Made memproyeksi investor akan kembali masuk ke apsar obligsai dan tingkat imbal hasil (yield) pun berangsur turun.

"Meski nilai rupiah masih tinggi, yang penting stabil karena terlihat kok asing tetap masuk ke pasar asal nilai tukar tidak liar," jelasnya.

Ia juga memprediksi yield SUN acuan bertenor 10 tahun bisa bertengger di level 8,1% di akhir tahun nanti. "Pasokan SBN juga akan mulai terbatas di kuartal keempat. Kebutuhan pemerintah sekitar Rp 150 triliun lagi baik melalui lelang, private placement, meupun penerbitan ORI," tandas Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi