Asap belum sirna, Singapura makin kecewa



SINGAPURA. Kondisi polusi udara akibat asap kiriman di Singapura mencapai tingkat terburuk. Asap yang berasal dari kebakaran hutan di Sumatera itu membuat warga Singapura dan wisatawan disana kalang kabut.

Tingkat polusi udara di Singapura mencapai rekor baru, yakni 400 pada pukul 11:00 waktu Singapura. Tingkat polusi ini dianggap berbahaya oleh Badan Lingkungan Hidup Nasional, atau NEA, dalam situsnya.

"Jelas ada banyak kekecewaan dan kemarahan di Singapura," kata Simon Tay, ketua Singapore Institute of International Affairs dan mantan ketua NEA, seperti yang diberitakan Bloomberg.


Menurut Tay, tak hanya warga Singapura yang kecewa dengan kondisi asap tersebut, warga negara yang membeli rumah dan tinggal dan menetap di Singapura juga kecewa dengan kondisi asap tersebut.

Kemarin, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong sudah menyatakan keprihatinan dan keseriusannya dalam menanggapi kondisi asap tersebut kepada Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Ia juga meminta  bukti kepada Indonesia, soal tuduhan adanya perusahaan asal Singapura atau perusahaan asal Malaysia yang melakukan pembakaran hutan di Indonesia, seperti yang disampaikan oleh beberapa pejabat Indonesia.

Namun permintaan itu direspons oleh pejabat Indonesia. "Singapura tak boleh berperilaku seperti anak kecil yang membuat semua orang bising," tegas Agung Laksono, tegas Menteri Koordinator Indonesia menanggapi masalah asap tersebut.

Joey Chew, seorang ekonom di Barclays Plc menilai, asap akan memukul industri pariwisata Singapura yang selama ini menyumbang 5%-6% untuk perekonomian negara itu. Gangguan asap sepekan bisa menghilangkan transaksi US$ 1 miliar, kata Wai Ho Leong yang juga ekonom Barclays.

Lee mengatakan, Singapura telah menawarkan bantuan keuangan dan medis kepada orang-orang muda dan tua yang kesulitan bernafas. Sementara itu, militer Singapura telah menghentikan aktivitas id luar ruangan.

Selain menawarkan bantuan untuk negaranya, Singapura juga menawarkan bantuan ke Indonesia, baik tim pendataan citra satelit maupun tim penanggulangan kebakaran. Namun, tawaran itu tidak mendapatkan tanggapan dari pemerintah Indonesia.

Siang tadi, visibilitas di Bandara Changi Singapura masih terbatas, sehingga pihak bandara memutuskan untuk menambah waktu antara lepas landas pesawat dan pendaratan. Bahkan, Bandara sekunder pulau di Seletar di timur laut ditutup sampai pukul 14:00.

Menteri Kehutanan Indonesia Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi lebih dari 100 titik panas api di wilayah Riau Sumatera, dimana 80% berada lokasi pertanian dan perkebunan, dan 20% di wilayah hutan.

Sementara itu, perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia yang terdaftar di Singapura antara lain , Wilmar International Ltd (WIL), Malaysia Sime Darby Bhd (SIME) dan Cargill Inc membantah melakukan pembakaran hutan di Indonesia.

Respon kebakaran hutan di Indonesia juga menarik perhatian Green Peace. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) tersebut menilai, setengah titik api yang terdeteksi 11-18 Juni ada di daerah yang seharusnya dilindungi pemerintah.

"Fakta kebakaran ini menunjukkan betapa buruk tindakan perlindungan hutan diberlakukan di Indonesia," kata Yuyun Indradi, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia.

Editor: Asnil Amri