Asap bisnis Wismilak kian tebal



JAKARTA. Beragam beleid yang menghambat industri rokok ternyata tak menyurutkan penjualan rokok. Buktinya, penjualan PT Wismilak Inti Makmur Tbk masih mengepul. Di tahun 2013 lalu, pendapatan Wismilak tumbuh 41,96% dibandingkan dengan perolehan tahun 2012.

Mengutip laporan keuangan Wismilak, sampai Desember 2013, perusahaan ini meraup penjualan sebesar Rp 1,59 triliun. Sementara, di tahun sebelumnya, pendapatan perusahaan dari rokok hanya Rp 1,12 triliun.

"Pendorongnya adalah peningkatan penjualan, terutama rokok mild yang termasuk bagian sigaret keretek mesin (SKM)," ujar Surjanto Yasaputera, Sekretaris Perusahaan PT Wismilak Inti Makmur, kepada KONTAN belum lama ini.


Volume penjualan rokok Wismilak pada 2013 sebesar 2,4 miliar batang. Surjanto bilang, sebanyak 85% atau sekitar 2,04 miliar batang disumbang oleh rokok buatan mesin. Sisanya sebesar 15% berasal dari sigaret keretek tangan (SKT).

Walaupun porsi penjualan SKT cukup kecil, volume penjualan rokok ini meningkat hingga 45% pada 2013 ketimbang tahun 2012. "SKM tumbuh 42,06% didukung oleh penjualan mild yang sebesar 81,3%," ungkap Surjanto.

Kenaikan volume berdampak terhadap beban pokok penjualan. Di tahun 2013, beban pokok penjualan perusahaan meningkat 37,27% menjadi Rp 1,12 triliun.

Kendati demikian, Wismilak mampu membukukan peningkatan laba. Jika pada tahun 2012 keuntungan Wismilak hanya sekitar Rp 77,3 miliar, nah di 2013, laba perusahaan itu melompat 71,18% menjadi Rp 132,32 miliar.

Penjualan rokok 2014

Di tahun kuda kayu ini, Wismilak optimistis, penjualannya terus bertambah. Menurut Surjanto, perusahaan memasang target kenaikan penjualan sebesar 25% dari tahun lalu. Dengan pencapaian penjualan tahun lalu, berarti sampai Desember 2014, Wismilak berharap bisa menjual hingga 3 miliar batang.

Selain menggenjot produksi, Wismilak berharap di tahun ini tidak ada pengurangan penjualan. Tahun lalu, perusahaan mencatat pengembalian atau retur produk senilai Rp 7,88 miliar. Padahal, di tahun 2012, retur penjualan perusahaan hanya Rp 2,69 miliar. "Harapannya, tidak ada retur sama sekali. Tapi, semua itu tergantung dari pasar. Umur rokok di pasar punya batasan," jelas Surjanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan