JAKARTA. Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (asbanda) tidak akan berlaku ekspansif tahun ini. Kumpulan bank milik pemerintah daerah ini hanya akan menargetkan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 15-20%.Tahun 2009 lalu, Asbanda berhasil mengumpulkan DPK sebesar Rp 152,25 triliun atau tumbuh 15,59% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk kredit, Asbanda berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 120,75 triliun.Nah, untuk menggenjot DPK, Asbanda akan menggenjot tabungan Simpeda. Tahun lalu, Asbanda berhasil mengumpulkan dana dari simpeda sebesar Rp 21,45 triliun. Angka ini naik 13,88% dibandingkan tahun 2008 yang hanya Rp 18,84 triliun.Ketua Pelaksana Simpeda Asbanda Mamat Syahroni mengatakan tahun ini Asbanda tidak agresif untuk mengaet DPK karena selama ini BPD selalu kalah bersaing dengan bank-bank besar lainnya."Kita kalah dengan bank besar di biaya promosi dimana bank besar memiliki biaya promosi yang besar," ujarnya.Untuk menarik minat masyarakat, lanjut Mamat, yang bisa dilakukan BPD hanya menambah fitur-fitur layanan tabungan mereka. "Saat ini tabungan di BPD sudah menyediakan layanan fitur tambahan sebanyak 20 fitur itupun masih kalah dengan bank r. Karena itu kami akan fokus menggarap segmen pasar kami yakni para pegawai pemda dan masyarakat di daerah," tambahnya.Terkait dengan penyaluran kredit, ungkap Mamat, juga sudah kalah bersaing dengan bank besar. Pasalnya, bank besar memiliki dana yang besar dalam menyalurkan kredit."Untuk mensiasatinya kami melakukan kredit sindikasi dan fokus pada kredit infrastruktur," ujarnya.Informasi saja, asbanda pada tahun 2010 ini telah menyalurkan Rp 115 miliar untuk pembangunan sarana dan prasarana publik utility pemda Nusa Tenggara Barat. Pembiayaan kepada pemda Muko-Muko sebesar Rp 140 miliar. Pembiayaan kepada pemprov Bengkulu Rp 250 miliar. serta pembiayaan kredit investasi untuk 13 PLTU diluar pulau Jawa untuk program percepatan pembangkit listrik 10.000 MW dengan total investasi Rp 4,73 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Asbanda bidik Pertumbuhan kredit dan DPK 20%
JAKARTA. Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (asbanda) tidak akan berlaku ekspansif tahun ini. Kumpulan bank milik pemerintah daerah ini hanya akan menargetkan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 15-20%.Tahun 2009 lalu, Asbanda berhasil mengumpulkan DPK sebesar Rp 152,25 triliun atau tumbuh 15,59% dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk kredit, Asbanda berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 120,75 triliun.Nah, untuk menggenjot DPK, Asbanda akan menggenjot tabungan Simpeda. Tahun lalu, Asbanda berhasil mengumpulkan dana dari simpeda sebesar Rp 21,45 triliun. Angka ini naik 13,88% dibandingkan tahun 2008 yang hanya Rp 18,84 triliun.Ketua Pelaksana Simpeda Asbanda Mamat Syahroni mengatakan tahun ini Asbanda tidak agresif untuk mengaet DPK karena selama ini BPD selalu kalah bersaing dengan bank-bank besar lainnya."Kita kalah dengan bank besar di biaya promosi dimana bank besar memiliki biaya promosi yang besar," ujarnya.Untuk menarik minat masyarakat, lanjut Mamat, yang bisa dilakukan BPD hanya menambah fitur-fitur layanan tabungan mereka. "Saat ini tabungan di BPD sudah menyediakan layanan fitur tambahan sebanyak 20 fitur itupun masih kalah dengan bank r. Karena itu kami akan fokus menggarap segmen pasar kami yakni para pegawai pemda dan masyarakat di daerah," tambahnya.Terkait dengan penyaluran kredit, ungkap Mamat, juga sudah kalah bersaing dengan bank besar. Pasalnya, bank besar memiliki dana yang besar dalam menyalurkan kredit."Untuk mensiasatinya kami melakukan kredit sindikasi dan fokus pada kredit infrastruktur," ujarnya.Informasi saja, asbanda pada tahun 2010 ini telah menyalurkan Rp 115 miliar untuk pembangunan sarana dan prasarana publik utility pemda Nusa Tenggara Barat. Pembiayaan kepada pemda Muko-Muko sebesar Rp 140 miliar. Pembiayaan kepada pemprov Bengkulu Rp 250 miliar. serta pembiayaan kredit investasi untuk 13 PLTU diluar pulau Jawa untuk program percepatan pembangkit listrik 10.000 MW dengan total investasi Rp 4,73 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News