JAKARTA. Penerapan Asean Economic Community (AEC) di 2015 mengundang kontroversi. Ada yang menyambut baik, pun sebaliknya. Yang melihat hal itu negatif adalah Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Ishakayoga. Menurutnya, AEC akan memberikan pengaruh buruk bagi pasar modal Indonesia. “Jumlah saham tidur akan semakin banyak,” ujarnya. Saat ini, dari sekitar 400 emiten, hanya puluhan saham saja yang likuid di pasar.
Lebih lanjut, Ishakayoga menilai AEC hanya akan membuka kesempatan emas perusahaan asing agar masuk dengan mudah ke pasar Indonesia. Nah, dengan fundamental dan kualitas yang lebih baik, perusahaan ini dapat mengancam eksistensi emiten yang sudah tercatat di BEI, terlebih yang saat ini menjadi saham tidur.
Tak heran jika persiapan maksimal dari otoritas pasar modal Indonesia dapat memperkecil pengaruh hal tersebut. Tapi yang juga perlu digarisbawahi adalah saat ini sudah ada kesepakatan dari tiga bursa saham kawasan yang akan tergabung dalam Asean Linkage. Tiga bursa saham yang memutuskan untuk bergabung adalah Singapura, Malaysia dan Thailand. Sebagai catatan, dalam waktu dekat Asean Linkage akan mulai diwujudkan. Awalnya Asean Linkage ini digunakan untuk wadah dari tujuh bursa dari enam negara yang berada di wilayah Asean, yaitu Bursa Malaysia (Kuala Lumpur Stock Exchange/KLSE), Hanoi (Hanoi Stock Exchange), Vietnam (Ho Chi Minh Stock Exchange/HOSE), Indonesia (IDX/Indonesia Stock Exchange), Filipina (Philippine Stock Index/PSE), Thailand (SET/Stock Exchange of Thailand), dan Singapura (Singapore Exchange/SGX). Sebelumnya, CEO Bursa Malaysia Bhd, YBhg Dato' Tajuddin Bin Atan menyebu, hingga saat ini baru ada tiga bursa saham yang akan bergabung dalam wadah tersebut, yaitu Bursa Malaysia, Singapore Exchange dan Stock Exchange of Thailand. Dengan bersatunya ketiga bursa ini, mencerminkan 70% dari total likuiditas dari tujuh bursa saham yang ada di Asean. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: