KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Negara-negara di kawasan ASEAN bersama dengan China, Jepang, dan Korea (ASEAN+3) telah lama menjalin kerja sama keuangan. Salah satunya, adalah dengan fasilitas dukungan likuiditas bagi negara yang menghadapi kesulitan neraca pembayaran. Fasilitas ini dikenal dengan nama Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM), yang dibentuk pada 2010 dengan nilai komitmen kerja sama terupdate sebesar US$ 240 miliar.
Baca Juga: Menkeu dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 Godok Fasilitas Pembiayaan Cepat Kemarin, Selasa (2/5), para gubernur bank sentral dan menteri keuangan negara ASEAN+3 kembali mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut, CMIM menjadi salah satu pembahasan. Disebut ada adopsi pedoman operasional CMIM yang diperbarui. Pedoman Operasional CMIM yang diperbarui memungkinkan anggota untuk memberi dukungan likuiditas CMIM dalam mata uang lokal. Baik itu, mata uang lokal negara itu sendiri maupun mata uang lokal dari negara anggota lain (pihak ketiga). Selain itu, forum juga kemudian menugaskan para deputi untuk mengevaluasi modalitas CMIM yang ada. Baca Juga: Gubernur BI Singgung Bahaya Ketergantungan Dolar di Pertemuan ASEAN+3 Ini untuk memungkinkan negara anggota memiliki alternatif fasilitas yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih murah.