Asep membesarkan usaha warisan kakek (1)



Bulan Juni dan Juli merupakan bulan yang selalu ditunggu oleh Asep Suparno. Di saat itulah penjualan seragam sekolah merek Purnama buatannya meningkat pesat. Dia melihat usaha pembuatan seragam sekolah mempunyai prospek yang cerah sebab setiap tahun jumlah anak yang menimba ilmu terus bertambah.

Dari tahun ke tahun, jumlah anak yang bersekolah terus meningkat. Mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah tersebut semakin membengkak setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan wajib belajar sembilan tahun.


Peningkatan jumlah anak usia sekolah tentu berbanding lurus dengan kebutuhan terhadap seragam sekolah. Pasar yang menjanjikan inilah yang disadari Asep Suparno untuk mulai menekuni usaha pembuatan seragam sekolah.

Meskipun usaha tersebut telah dirintis kakeknya pada tahun 1970, pertumbuahnnya baru berkembang cukup pesat sejak awal tahun 2000. "Sebelumnya ayah saya yang pegang, lalu saya melanjutkan. Jadi saya ini generasi ke tiga," kata Asep.

Sebagai calon penerus usaha, sejak masih remaja, pria yang kini berusia 31 tahun itu, sudah digembleng dengan berbagai cara dan teknik pembuatan seragam. Alhasil, pada tahun 2008, Asep sudah dipercaya penuh untuk mengendalikan usaha keluarga tersebut.

Meskipun hanya tinggal meneruskan usaha yang sudah berjalan sebelumnya, dia tidak berpangku tangan dalam menjalankan roda bisnis tersebut. Bahkan, bisa dibilang di tangannyalah usaha pembuatan seragam sekolah, yang mengusung merek Purnama, itu berkembang pesat. Perkembangan usaha keluarga itu tak lepas dari upaya Asep yang selalu mencari peluang-peluang baru untuk meluaskan jaringan pemasaran sekaligus meningkatkan kualitas.

Melalui kerja keras Asep, omzet usaha terus tumbuh. Bahkan pada tahun lalu, omzet perusahaan yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, ini sudah mencapai Rp 24 miliar. "Rata-rata setiap tahun target pertumbuhan sekitar 30%," katanya.

Salah satu jurus ampuh yang di pakai Asep untuk mencapai target itu adalah dengan memperluas jaringan pemasaran tidak hanya sebatas di Surabaya. Saat ini dia memiliki 20 distributor dan sekitar 800 agen di berbagai kota.

Tapi sebagian besar agen penjualan dan distributor tersebut masih berada di Indonesia bagian timur. Mulai dari Surabaya, Kalimantan, Kupang, Makasar, Ambon hingga Papua.

Setiap bulan Asep memproduksi 100.000 pasang seragam sekolah, yang terdiri dari baju dan celana. Mulai seragam SD, SMP hingga SMA. "Saya juga membuat seragam untuk Korpri dan pemda, cuma jumlahnya masih sedikit. Sekitar 5% dari total produksi," ujarnya.

Khusus untuk memproduksi baju seragam saja, Asep bisa menghabiskan bahan baku kain sebanyak 100.000 yard setiap bulan. Artinya, setiap satu baju seragam membutuhkan kain sepanjang satu yard.

Dalam memproduksi seragam merek Purnama, Asep tidak mengerjakannya sendirian. Dia juga menyertakan ibu-ibu penjahit rumahan di lingkungan tempat tinggalnya. Agar kualitas tetap terjamin, sebelumnya Asep telah menetapkan standar jahitan yang digunakan untuk setiap produk.

Ia mengatakan, jaringan pemasaran yang dimilikinya terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah anak-anak yang memasuki usia sekolah setiap tahun. Bahkan, dengan peningkatan jumlah permintaan tersebut, saat ini kapasitas produksi usaha Asep belum bisa memenuhi permintaan pasar.

Jadi, berapun jumlah seragam yang diproduksi oleh Asep, selalu saja ada agen dan distributor yang membelinya hingga kekurangan pasokan. "Meski kelihatannya sudah banyak, tetap saja kurang," tuturnya.

Nah, untuk memenuhi permintaan itu, Asep berencana memperbesar kapasitas produksi. Selain untuk mencukupi kebutuhan dan permintaan agen serta distributor yang telah ada, peningkatan kapasitas produksi juga perlu dilakukan untuk kebutuhan perluasan jaringan pemasaran ke kota-kota lain.

Ia mengatakan, beberapa kota di Indonesia bagian barat sudah dibidik. Maklum, saat ini dari 100.000 pasang seragam merek Purnama, sekitar 60% diserap di kota Surabaya. Sedangkan sisanya, didistribusikan ke sejumlah kota yang ada di Indonesia bagian timur. n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi