Aset-aset safe haven menderita akibat aksi ambil untung, emas salah satunya



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas dunia melorot pada transaksi Kamis (9/1). Sehari sebelumnya, harga emas sempat melejit melampaui level US$ 1.600 untuk kali pertama dalam tujuh tahun terakhir.

Data Reuters menunjukkan, harga emas di pasar spot turun 0,2% menjadi US$ 1.552,78 per troy ounce pada pukul 13.51 waktu New York. Pada transaksi sebelumnya, harga emas spot sempat melorot ke level US$ 1.539,78 per troy ounce. Sedangkan harga kontrak emas berjangka turun 0,4% menjadi US$ 1.554,3 per troy ounce.

Baca Juga: Analis: Harga emas bisa menembus US$ 3.000 pada 2025


"Kembalinya pengambilan risiko oleh investor berarti aset-aset safe haven menderita akibat aksi ambil untung dan sangat mungkin hal itu akan terus berlangsung beberapa waktu ke depan," papar analis Standard Chartered Bank Suki Cooper kepada Reuters.

Harga emas telah mengalami penurunan setelah sempat naik 2,4% pada Rabu pagi dan menembus level US$ 1.600 setelah Iran membalas serangan AS.

Kecemasan akan pecahnya perang di Timur Tengah kemudian mereda setelah Presiden AS Donald Trump mundur untuk memerintahkan aksi militer pada Rabu. Di sisi lain, diplomat Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan serangan itu menandakan respon Teheran atas aksi AS.

Kendati demikian, Tai Wong, head of base and preciuos metals derivatives trading di BMO, mengatakan emas akan tetap rentan terkait berita-berita utama mengenai Iran atau penembakan roket di Baghdad untuk beberapa hari atau minggu ke depan.

Baca Juga: Ketegangan AS-Iran reda, harga emas semakin jauh dari puncak tertinggi

"Mekipun de-eskalasi terjadi, masih ada risiko premium yang akan mendorong emas bertahan di atas level US$ 1.525, yakni level di mana emas diperdagangkan sebelum terjadi serangan AS," papar Wong.

Di sisi lain, meski ketegangan AS-Iran mereda, pasar saham AS kembali mencetak rekor tertinggi akibat sentimen positif kesepakatan dagang AS-China.

Reuters menyebut, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan menandatangani kesepakatan dagang fase 1 di Washington pada pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie