Aset berisiko tertekan sentimen PSBB, rupiah ikut terdepresiasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya kekhawatiran pasar keuangan akan pelambatan pemulihan ekonomi Indonesia membuat rupiah tertekan dalam beberapa waktu ke depan. Alasannya muncul dari rencana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta pekan depan yang membuat aset berisiko Tanah Air tertekan.

Menggutip Bloomberg, pada perdagangan Jumat (11/9), rupiah tercatat koreksi 0,23% ke level Rp 14.890 per dolar AS dari penutupan sebelumnya. Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor rupiah mendarat di level Rp 14.979 per dollar AS akhir pekan ini. 

"Jakarta merupakan pusat bisnis dan menguasai perputaran uang sekitar 70% di Indonesia," kata Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kepada Kontan.co.id, Jumat (11/9).


Di samping itu, pelemahan mata uang Garuda juga ditekan oleh sentimen eksternal seperti isu konflik antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas. Kondisi tersebut dinilai mampu menekan aset berisiko seperti rupiah, dimana konflik tersebut juga bisa menganggu pertumbuhan ekonomi global.

Baca Juga: Pelemahan kurs rupiah hanya sementara, ini penopang mata uang garuda

Selanjutnya, sentimen penguatan dollar AS beberapa waktu terakhir juga disebut Ariston ikut menekan rupiah pekan lalu. Alasannya, pasar merespon data-data ekonomi AS yang membaik, seperti data aktivitas manufaktur dan data tenaga kerja. 

"Penurunan indeks saham Wall Street yang tajam di pekan ini juga memberikan sentimen negatif ke aset berisiko," tambahnya. 

Dengan begitu, Ariston menilai untuk sementara, selama belum ada isu yang membalikkan sentimen di atas, rupiah bisa terus mendapatkan tekanan. Apalagi, pasar masih menunggu realisasi PSBB total dan akan berlangsung  berapa lama.

"Mungkin pekan depan level Rp 15.000 per dolar AS bisa tersentuh kalau sentimennya masih sama seperti pekan ini," prediksi Ariston. 

Adapun di sisa 2020, Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.500 per dolar AS hingga Rp 15.200 per dolar AS, dengan potensi konsolidasi. Alasannya, pasar masih menanti progres penemuan vaksin yang bisa menguatkan kembali rupiah. 

Selain itu, potensi kemenangan calon Presiden AS Joe Biden juga bisa mendorong penguatan aset berisiko dengan harapan konflik AS dengan China bisa segera mencair. 

"Untuk koleksi (dolar AS) boleh saja, tapi sebaiknya menunggu harga lebih baik atau masuk saat mendekati support Rp 14.000 per dolar AS," tandasnya.

Selanjutnya: Rupiah melemah, PSBB menjadi katalis utama pekan ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi