Aset Kripto Tengah Tertekan, Butuh Waktu untuk Bangkit



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga aset kripto tengah tertekan kenaikan suku bunga, tingginya inflasi dan masalah geopolitik Rusia-Ukraina hingga ancaman resesi ekonomi.

"Situasi bear market sekarang ini juga terjadi di hampir semua instrumen investasi. Paling utamanya aset berisiko, seperti saham dan kripto," ucap VP Growth Tokocrypto Cenmi Mulyanto kepada Kontan.co.id, Jumat (1/7).

Khusus di aset kripto ada tambahan sentimen negatif dari kekhawatiran lebih jauh soal prospek industri aset kripto yang sedang dibangun. Mulai dari runtuhnya ekosistem Terra, permasalahan yang terjadi di Celcius hingga banyak perusahaan exchange global yang melakukan efisiensi.


Cenmi mengatakan, bear market ini merupakan siklus empat tahunan yang terjadi di kripto. Pada tahun 2018, misalnya, harga bitcoin (BTC) sempat anjlok ke Rp 250 juta. Kemudian, di tahun 2020 melonjak lebih tinggi lagi hingga Rp 850 juta.

"Kripto itu naik turunnya sangat volatile, tapi biasanya tidak pernah turun terlalu jauh dari titik tertinggi empat tahun sebelumnya. Ini yang disebut siklus empat tahunan," ujar Cenmi.

Baca Juga: Warren Buffett Tidak Akan Pernah Mau Mendekati Bitcoin, Ini 3 Alasannya

Meski tengah tertekan, Cenmi bilang, saat ini ada lebih dari 14 juta investor aset kripto di Indonesia dengan transaksi perdagangan lebih dari Rp 192 triliun per Mei 2022.

Menurut Cenmi, sepanjang tahun ini, belum ada aset kripto yang membukukan kinerja positif. Kapitalisasi kripto secara keseluruhan turun dari US$ 2,9 triliun menjadi US$ 875 miliar sampai Jumat (1/7).

Cenmi mengatakan, saat pasar bearish, stablecoin menjadi salah satu jenis aset kripto yang menjadi pilihan, karena bisa mendapatkan profit lebih stabil dan risiko yang lebih rendah.

"ETH dan BTC masih menjadi kripto yang terfavorit karena memiliki fundamental yang baik dan bagus untuk jangka panjang," tutur Cenmi.

Sementara, Dogecoin dan ADA merupakan altcoin yang pergerakannya tumbuh lebih cepat.

DOGE banyak digunakan untuk short trading karena bisa scalping dan take profit lebih cepat. Sedangkan ADA memilik ribuan project di dalam jaringan, sehingga banyak diminati investor.

Cenmi meyakini tekanan inflasi di AS belum akan mereda dalam waktu dekat. Artinya The Fed kemungkinan besar akan menggenjot suku bunganya lebih tinggi hingga inflasi di AS bisa turun ke angka normal di 2%-3%.

"Melihat angka inflasi AS masih di 8,6% artinya masih ada jalan panjang untuk menuju angka normal tersebut. Sebelum kondisi ekonomi global stabil, pergerakan kripto belum akan bullish," tutur Cenmi.

Jika inflasi dan tekanan geopolitik mereda, pasar aset kripto akan kembali bergerak positif.

"Melihat histori bear market atau crypto winter pada 2018, butuh waktu kurang lebih dua tahun bear market selesai dan harga mulai kembali naik atau mencapai ATH. Jika pola ini berulang ada kemungkinan para investor yang bertahan di kondisi pasar saat ini baru akan mendapatkan imbal hasil tinggi di 2025, satu tahun setelah halving di 2024," tutur Cenmi.

Cenmi menilai, aset kripto masih menarik. Salah satu alasan utama investasi kripto menarik adalah sifatnya yang bisa bermanfaat dalam jangka panjang.

"Aset kripto masih berada di masa pertumbuhan, Aset kripto juga menjanjikan dianggap aset alternatif paling menarik untuk menjadi pilihan investasi," kata Cenmi.

Baca Juga: Ini Kata CEO Triv Soal Tren Penurunan Mata Uang Kripto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat