Aset Pundi Abadi bikin bank khawatir



JAKARTA. Setelah diputus pailit oleh majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 29 Desember 2014, kini proses pemberesan pailit PT Pundi Abadi Sejahtera memasuki tahap verifikasi tagihan utang. Pundi Abadi adalah perusahaan distributor pupuk urea yang beralamat di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Menurut tim kurator pailit, Anselmus BP Sitanggang, dari hasil verifikasi, utang Pundi Abadi kepada 11 krediturnya diperkirakan mencapai Rp 700 miliar. Tapi, aset Pundi Abadi yang telah diverifikasi ditaksir hanya Rp 3 miliar.

Karena itu, saat ini sejumlah bank yang menjadi kreditur separatis Pundi Abadi resah. "Mereka takut piutangnya tidak balik," kata Anselmus, akhir pekan lalu. Menurut Anselmus, para kreditur separatis itu memberikan fasilitas kredit kepada Pundi. Antara lain, Bank CIMB Niaga Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk, Bank Permata Tbk, Bank ANZ Indonesia, dan Bank Ekonomi Raharja Tbk. Selain itu, ada dua kreditur lain, yakni PT Tidar Sinar Pratama selaku pemohon pailit dan CV Rhifa Inti Mandiri.


Becermin dari kecilnya nilai aset Pundi Abadi, Anselmus minta para kreditur separatis untuk menginformasikan jika ada data aset debitur yang belum dilaporkan kepada tim kurator. "Siapa tahu kreditur bank punya data aset Pundi Abadi yang tak kami ketahui untuk membantu pencarian aset," kata Anselmus.

Sebab, proses pemberesan aset Pundi Abadi yang rapatnya digelar Kamis pekan lalu tidak dihadiri personal guarantee dari pemohon pailit, yakni Tidar Sinar, perusahaan pemasok yang tagihannya belum dibayar Pundi Abadi. Padahal, Pundi Abadi sedang menjalani proses restrukturisasi utang ke bank.

Pengacara Bank CIMB Niaga Yuhelson, mengaku kecewa karena personal guarantee Pundi Abadi tak hadir dalam rapat verifikasi utang. Menurutnya, debitur juga terkesan sengaja ingin pailit. Sebab, debitur tak menanggapi permohonan restrukturisasi utang atau mengajukan kasasi usai putusan pailit. "Kami tidak tahu jalannya perkara, tiba-tiba diundang tim kurator untuk rapat pemberesan pailit," kata Yuhelson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie