KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor tengah berburu aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global. Hal ini dipicu perang antara Iran dan Israel dan masih memanasnya kondisi Timur Tengah serta perang Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut. Mundurnya ekspektasi penurunannya suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed juga, di tengah inflasi tinggi yang bertahan lama di AS, turut membuat ekonomi global kian tidak pasti. Ketika Iran membalas serangan Israel di konsulatnya di Suriah, pada Sabtu 813/4/2024), yang menelan korban sejumlah petinggi militer negara tersebut, telah memicu kekhawatiran global akan meluasnya konflik di Timur Tengah.
Para investor global pun mencari tempat untuk mengamankan aset-asetnya. Maka perburuan terhadap aset safe haven pun meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ini, mendorong kenaikan harga-harga sejumlah aset yang dinilai masuk kategori safe haven, terutama emas dan dolar AS. Maka tidak heran dalam sepekan terakhir, harga emas berkali-kali mencatatkan rekor sepanjang masa. Demikian juga dolar AS yang yang menguat terhadap mata uang negara berkembang seperti rupiah yang tembus di atas Rp 16.000 per dolar AS. Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis pada Senin (22/4) Setelah Naik 5 Pekan Beruntun Sebagai gambaran, hingga Kamis (18/4), harga emas Antam pecahan 1 gram mencapai Rp 1,33 juta per gram. Dengan demikian sepanjang tahun berjalan harga emas Antam telah naik 18% atau setara Rp 205.000 sejak awal tahun. Demikian juga harga buyback emas Antam juga naik menjadi Rp 1,23 juta per gram atau sudah naik 190.000 sejak awal tahun. Kenaikan fantastis harga emas Antam sejalan dengan reli tajam harga emas global. Berdasarkan Reuters, harga emas spot mengukir rekor tertinggi sepanjang sejarah di level US$ 2,431,29 per troi ons pada 12 April 2024. Hingga Kamis (18/4) harga emas sudah naik 15% ke level US$ 2.382 per troi ons. Tak jauh berbeda dengan emas, aset safe haven lainnya dolar AS juga naik ke posisi tertinggi dalam lima bulan terakhir. Per Kamis (18/4) nilai tukar USD terhadap IDR dipatok di level Rp 161.179 per dolar AS. Rupiah menyentuh ke level terlemah dalam empat tahun terakhir. Sementara USD telah menguat 5,67% tahun ini. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah mendorong pelaku pasar untuk memilih berinvestasi pada aset-aset safe haven, salah satunya dolar AS. Menurut Josua, indeks dolar AS telah naik ke kisaran level 106 menyusul eskalasi konflik antara Iran dan Israel.