KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal pelonggaran moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS/The Fed) yang semakin jelas, membuat sebagian pelaku pasar cenderung berpaling dari aset safe haven. Ini tercermin dari harga emas yang cenderung mengalami penurunan dalam sepekan terakhir. Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Rabu (11/9) pukul 16:59 WIB pergerakan harga emas di pasar spot masih berada di bawah level psikologis yakni US$ 1.492,99 per ons troi. Sedangkan untuk harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 tercatat naik 0,15% di level US$ 1.501,50 per ons troi. Baca Juga: Sore hari, harga emas spot kembali terkerek di posisi US$ 1.493,31 per ons troi
Meskipun begitu, pergerakan harga emas sepekan cenderung melemah, setelah pekan lalu (4/9) emas spot sempat menyentuh US$ 1.552,55 per ons troi. Capaian tersebut sekaligus menjadi level tertinggi di 2019. "Kalau kami lihat, alasan utamanya (penurunan) karena The Fed mulai menurunkan suku bunga acuannya," kata Direktur Utama Avrist Asset Management Hanif Mantiq kepada Kontan, Rabu (11/9). Menurutnya, meskipun ada kemungkinan minat terhadap aset safe haven turun, namun investasi emas masih jadi pilihan paling prospektif. Apalagi, China mulai menimbun pasokan emas untuk dijadikan sebagai cadangan devisanya. Langkah tersebut sekaligus untuk menekan ketergantungan Negeri Tirai Bambu terhadap dollar AS. Untuk itu, Hanif cenderung merekomendasikan investor untuk melakukan profit taking sementara dari aset safe haven. Apalagi, jika terjadi koreksi di pasar modal, investor bisa menjual aset safe havennya untuk kemudian dipindahkan ke instrumen berisiko seperti saham dan obligasi.