Aset saham menyokong kinerja reksadana campuran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memiliki aset yang terdiversifikasi dalam tiga kelas aset, kinerja reksadana campuran hingga April lebih disokong aset saham daripada aset obligasi dan deposito. Berdasarkan data Infovesta Utama, rata-rata kinerja reksadana campuran tumbuh 1,36% secara bulanan.

Di periode yang sama, beberapa produk reksadana campuran berhasil berkinerja unggul lebih tinggi dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh 3,91%.

Reksadana HPAM Flexi Plus berhasil unggul dengan kinerja tumbuh 14,02% secara bulanan di April. Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan kinerja tinggi karena tersokong aset saham. Isi portofolio reksadana tersebut diatur dengan komposisi maksimal pada aset saham, 4% di aset obligasi dan kas.


Hingga akhir tahun, Reza optimistis aset saham masih akan menyokong kinerja reksadana campuran, bukan aset lain. "Tentunya aset saham yang menyokong, kalau dilihat IHSG masih stagnan karena sektor perbankan, properti dan konstruksi masih belum bangkit, padahal emiten lain sudah mengarah ke bullish," kata Reza.

Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana mulai naik perlahan

Jika, sektor perbankan yang memiliki pengaruh besar pada pergerakan IHSG bangkit, maka IHSG berpotensi menuju 4.900 bahkan 5.200.

Head of Investment Avrist Asset Management (Avrist AM) Farash Farich juga mengatakan penyokong kinerja reksadana campurannya berasal dari aset saham. Selama April, reksadana Avrist Balanced Amar Syariah berhasil tumbuh 6,32% secara bulanan. Komposisi portofolio reksadana tersebut terdiri dari 47% aset saham, 28% aset obligasi, dan 25% kas.

"Aset saham syariah tersokong kinerja Jakarta Islamic Index yang naik hampir 14% selama April," kata Farash, Selasa (12/5). Farash juga optimistis kontribusi penyokong kinerja hingga akhir tahun berasal dari aset saham yang rebound setelah penyebaran Covid-19 mereda.

Baca Juga: Indeks sektor keuangan anjlok 2,33% hari ini, tiga saham bank besar dijual asing

Farash melihat bobot terbesar saham syariah berada di sektor barang konsumsi dan telekomunikasi. Sektor tersebut cenderung dapat lebih bertahan di tengah pandemi dengan jumlah pelanggan yang tetap ada. Alhasil, reksadana campuran berjenis syariah ini cukup didukung oleh tidak adanya sektor perbankan yang masih lesu. Bila prediksinya meleset, maka reksadana ini masih bisa mendapat tambahan kinerja dari kupon sukuk dan deposito.

Reza mengatakan, prospek reksadana campuran masih menarik. Bila berkaca pada ekonomi yang perlahan mulai bangkit, hal tersebut membuat pasar obligasi dan saham memiliki potensi untuk bertumbuh. "Ekonomi mulai bangkit, lockdown diperlonggar, harga minyak mulai naik, rupiah menguat ke bawah Rp 15.000 per dolar AS," kata Reza.

Baca Juga: IHSG turun 1,09% ke 4.588 pada penutupan perdagangan Selasa (12/5)

Reza optimistis reksadana campuran di HPAM berpotensi masih tumbuh sekitar 2%-5% di atas indeks dari level terburuk IHSG di 3.950. Sementara, Farash mengatakan kinerja reksadana campuran masih akan sangat tergantung dari perkembangan penyebaran Covid-19, sehingga masih sulit diprediksi kinerjanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati