KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ashmore Asset Management Indonesia (AAMI) baru saja menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan paparan publik pada Rabu (7/10). Dilakukan secara virtual, RUPST ini menghasilkan persetujuan laporan tahunan dan laporan keuangan AAMI tahun 2019/2020, persetujuan atas penggunaan laba bersih 2019/2020 yang berakhir pada 30 Juni 2020, persetujuan atas delegasi otoritas dari pemegang saham kepada dewan komisaris perseroan atas penetapan gaji dan tunjangan komisaris dan dewan direksi. Selain itu, RUPST kali ini juga melakukan penunjukkan kantor akuntan publik sebagai auditor laporan keuangan tahunan untuk tahun 2021, persetujuan atas perubahan pada anggaran dasar AAMI, serta persetujuan atas perubahan penggunaan dana hasil penawaran umum perdana.
Direktur AAMI Arief Cahyadi Wana menyebutkan, pendapatan bersih AAMI mencatatkan penurunan sebesar 9,47% menjadi Rp 279,82 miliar dan penurunan laba bersih sebesar 8,09% menjadi Rp 79 miliar pada tahun buku per 30 Juni 2020. Arif mengatakan, penurunan ini seiring dengan industri reksadana yang terdampak pandemi virus corona pada periode Maret - April.
Baca Juga: Reksadana Ashmore Dana Progresif Nusantara tumbuh 3,04% di bulan Agustus 2020 “Kendati demikian, untuk perkembangan sejak tahun buku Juni 2020, kami melihat adanya perbaikan baik dari market maupun nasabah. Industri reksadana mulai pulih perlahan dan tingkat kepercayaan serta minat nasabah juga mulai membaik, walaupun sebenarnya masih terbatas,” kata Arief dalam acara paparan publik, Rabu (7/10). Selain itu, Arief menambahkan, di tengah pandemi dan ketidakpastian ekonomi, investor cenderung melakukan perubahan tingkat risiko dari tinggi ke rendah. Ia menyebut, walau AAMI berfokus pada reksadana saham, perubahan tersebut tidak memberi efek signifikan. Pasalnya, AAMI tetap memiliki produk lain yang berisiko rendah, sehingga tetap bisa menangkap peluang dan mendapatkan keuntungan dari perubahan tingkat risiko tersebut. Kendati demikian, sebagai Manajer Investasi yang fokus pada reksadana saham, perubahan tingkat risiko investor cukup memberi dampak ke
asset under management (AUM) AAMI. Arief mengatakan, AUM pada akhir Juni 2020 tercatat Rp 22,78 triliun atau turun 17.79% dari posisi akhir Juni 2019 sebesar Rp 27,71 triliun. Untuk perkembangan sejak tahun buku Juni 2020, ada dua hal yang kita alami. Pertama, memang sejak Triwulan April - Juni, pasar mengalami penurunan yang cukup besar akibat pandemi dan isu trade war dan regional. Cuman sejak Juni sampai sekarang sudah mulai ada perbaikan., Baik dari Market, maupun tingkat kepercayaan dan minat nasabah. Jadi kami melihat adanya perkembangan yang cukup membaik dan masih terbatas. Menyambut tahun buku 2020/2021, Arief menjelaskan bahwa AAMI akan fokus untuk memperdalam penetrasi ke agen penjual dan klien institusi dengan meningkatkan jumlah dan varian produk yang tidak terbatas pada kelas aset saham.
“Rata-rata produk AAMI pada agen penjual telah meningkat dari 3,5 pada 2019 menjadi 3,9 pada 2020. Kami akan terus meningkatkan angka ini ke depan seiring prospek industri reksadana yang mulai pulih dan kami berada dalam posisi yang cukup baik saat ini,” tambah Arief. Selain itu, Arief menilai dengan masih adanya dana segar dari proses Initial Public Offering (IPO) pada awal tahun ini, AAMI bisa menggencarkan proses digitalisasi platform wealth management agar bisa meningkatkan jangkauan infrastruktur AAMI. “Sementara untuk penerbitan produk reksadana baru, sejauh ini kami masih terbuka untuk hal tersebut. Kami saat ini sedang mengamati perkembangan reksadana syariah dan balance fund untuk bisa masuk di saat timing yang pas dan minat investor sedang tinggi,” pungkas Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi