ASI crat-cret? Akupunktur saja



Jakarta. Sebagian ibu diterpa rasa takut karena sulit menyusui bayinya. Masalahnya komplet. Ada yang tersumbat tidak bisa dikeluarkan dan ada pula yang produksi ASI-nya sangat sedikit. Kini, masalah itu tak lagi jadi soal.

ASI merupakan kebutuhan utama bayi. Selain membuatnya kelaparan dan kehausan, kurangnya asupan ASI mengganggu pertumbuhan bayi. Berbagai cara pasti diupayakan untuk memenuhi kebutuhan pokok bayi ini. Biasanya sering dilakukan cara tradisional seperti memijat dan menghangatkan payudara. Tapi tidak semua upaya tersebut berhasil.

Saat semua cara yang dilakukan belum berhasil, itulah waktu yang tepat untuk melakukan terapi akupuntur untuk memperlancar ASI. Mungkin agak bergidik ngeri membayangkan payudara ibu akan ditusuk. Tapi, terapi akupunktur ASI justru cara yang cukup efektif dan mudah untuk mengatasi masalah ASI tadi.


Seperti diketahui, ada dua hormon penting yang mempengaruhi produksi ASI dalam kelenjar susu di payudara, yakni prolaktin dan oksitosin. Prolaktin sangat mempengaruhi jumlah produksi ASI. Semakin baik kinerja prolaktin, semakin berlimpah pula ASI yang diproduksi kelenjar susu. Baik atau tidaknya fungsi prolaktin tergantung pada asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu.

Sementara, oksitosin berperan mengeluarkan ASI dari payudara. Tugas hormon ini adalah memompa ASI agar dapat keluar sehingga bisa diisap oleh bayi. Semakin sering bayi mengisap puting, semakin banyak pula produksi oksitosin.

Susetyo Soewarno, terapis akupunktur ASI RS Jakarta menjelaskan bahwa terganggunya fungsi prolaktin dan oksitosin merupakan penyebab ASI tidak lancar. Kalau prolaktin berfungsi sedang oksitosin tidak, akan menyebabkan mastitis atau payudara membengkak. Sebaliknya jika oksitosin berfungsi sedangkan prolaktin tidak, maka produksi ASI akan sangat sedikit.

Terapi dilakukan seperti akupunktur pada umumnya yaitu dengan menusukkan jarum di area payudara. Perbedaannya ada pada jenis jarum dan tusukannya. Tusukannya hanya sebatas di bawah kulit saja. Sehingga tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali.

Untuk persoalan kurangnya ASI, biasanya area yang diterapi akupunktur bukan tepat di payudara, namun beberapa sentimeter di atas payudara. Selanjutnya di area tersebut akan ditempelkan sebuah alat getar dengan gelombang radio frekuensi yang dihantarkan melalui jarum tadi. Inilah yang digunakan untuk merangsang prolaktin

Terapinya bisa dilakukan 2-3 kali seminggu. Untuk perawatan lanjutan dan mempertahankan produksi ASI hanya dibutuhkan 4-5 kali terapi lagi.

Hasilnya juga cepat, jika awalnya ibu cuma menghasilkan 40cc ASI, setelah terapi bisa menghasilkan 160-200cc ASI dengan kualitas ASI yang prima. Bahkan ada ibu yang bisa mendonorkan ASInya saking banyaknya ASI yang diproduksinya.

Kalau masalahnya ada pada payudara yang membengkak karena ASI tidak keluar, hanya dibutuhkan 1-2 kali terapi saja. Sekeliling payudara akan diterapi akupunktur secara melingkar di titik-titik yang dapat merangsang oksitosin. Jadi jangan berpikir puting susu dan buah dada yang akan ditusuk. “Yang diterapi akupuntur adalah area luar payudara, justru menusuk puting susu tidak boleh dilakukan. Bisa infeksi.” Kata Susetyo.

(Tika Anggreni Purba)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto