JAKARTA. Keberadaan Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang dituding mendorong terjadinya kartel dibantah oleh produsen semen. Agung Wiharto, Kepala Hubungan Investor Semen Gresik mengatakan, keberadaan ASI diperlukan agar produksi masing-masing pemain dapat terukur. Toh ujung-ujungnya, kapasitas nasional bisa diketahui sehingga masing-masing pemain bisa menyusun strategi meningkatkan produksi.Agung juga membantah adanya monopoli dan harga mirip di antara pemain. Terbukti, di Jawa Barat, Semen Gresik menguasai 20% pasar. Sementara di Jawa Timur, PT Indocement Tunggal Prakarsa menguasai 15% pasar. "Jadi, ini juga mempengaruhi harga, dan konsumen jadi punya banyak pilihan," kata Agung.Bila benar KPPU memutuskan ASI melakukan kartel semen, Erwin Aksa, Presiden Direktur Bosowa menantang KPPU untuk mempertanggungjawabkan keputusannya hingga ke tingkat Mahkamah Agung. Menurut Erwin, KPPU juga harus menjernihkan istilah kartel. "Selama ini kartel diasumsikan tidak transparan, ini indikasi buruk bagi banyak sektor, ujungnya akan mengancam investasi," kata Erwin. Satu suara, Erwin pun membantah Bosowa terlibat kartel semen.Asal tahu saja, ASI menunggu keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tentang kartel semen yang terbit hari ini (18/8). Benny Pasaribu, Komisioner KPPU mengatakan, keputusan KPPU soal kartel semen sudah final. Sedikit bocoran, menurutnya keberadaan ASI membuat kemungkinan terjadinya kartel. Indikasi terjadinya kartel bisa dilihat dari harga tahun 2007 sampai 2009 yang terus terkerek naik. Sementara, tahun ini, sejak KPPU mulai memeriksa kartel semen, harga komoditas itu enggan bergerak.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
ASI tak dorong terjadinya kartel semen
JAKARTA. Keberadaan Asosiasi Semen Indonesia (ASI) yang dituding mendorong terjadinya kartel dibantah oleh produsen semen. Agung Wiharto, Kepala Hubungan Investor Semen Gresik mengatakan, keberadaan ASI diperlukan agar produksi masing-masing pemain dapat terukur. Toh ujung-ujungnya, kapasitas nasional bisa diketahui sehingga masing-masing pemain bisa menyusun strategi meningkatkan produksi.Agung juga membantah adanya monopoli dan harga mirip di antara pemain. Terbukti, di Jawa Barat, Semen Gresik menguasai 20% pasar. Sementara di Jawa Timur, PT Indocement Tunggal Prakarsa menguasai 15% pasar. "Jadi, ini juga mempengaruhi harga, dan konsumen jadi punya banyak pilihan," kata Agung.Bila benar KPPU memutuskan ASI melakukan kartel semen, Erwin Aksa, Presiden Direktur Bosowa menantang KPPU untuk mempertanggungjawabkan keputusannya hingga ke tingkat Mahkamah Agung. Menurut Erwin, KPPU juga harus menjernihkan istilah kartel. "Selama ini kartel diasumsikan tidak transparan, ini indikasi buruk bagi banyak sektor, ujungnya akan mengancam investasi," kata Erwin. Satu suara, Erwin pun membantah Bosowa terlibat kartel semen.Asal tahu saja, ASI menunggu keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tentang kartel semen yang terbit hari ini (18/8). Benny Pasaribu, Komisioner KPPU mengatakan, keputusan KPPU soal kartel semen sudah final. Sedikit bocoran, menurutnya keberadaan ASI membuat kemungkinan terjadinya kartel. Indikasi terjadinya kartel bisa dilihat dari harga tahun 2007 sampai 2009 yang terus terkerek naik. Sementara, tahun ini, sejak KPPU mulai memeriksa kartel semen, harga komoditas itu enggan bergerak.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News