Asia bisa meredam efek tapering off Amerika



TOKYO/SINGAPURA. Langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) memangkas stimulus moneter bisa mengubah peta perekonomian dunia tahun depan. Namun, Bank Pembangunan Asia (ADB) menilai negara-negara di kawasan Asia akan mampu menghadapi dampak terburuk pemangkasan stimulus The Federal Reserve.

"Saya ingin memberikan pandangan yang lebih optimistis tentang dampak pemangkasan stimulus The Fed," ungkap Presiden ADB, Takehiko Nakao, Jumat (27/12). Menurut dia, pasar telah memasukkan unsur pemangkasan stimulus (tapering off) The Fed sampai batas tertentu sehingga ada reaksi tertentu yang berlebihan di pasar.

Namun, penguatan ekonomi AS dan Jepang bisa mendukung perekonomian negara-negara berkembang di Asia pada tahun depan. Di saat yang sama, kata Nakao, para pengambil kebijakan di kawasan Asia harus memanfaatkan periode stabilitas untuk menekankan kebijakan domestik yang dibutuhkan.


Sepekan sebelum Natal 2013, bank sentral AS memutuskan untuk memangkas dana program pembelian obligasi sebesar US$ 10 miliar menjadi US$ 75 miliar. Ini merupakan tahap awal dari rencana The Fed mengakhiri program stimulus. Otoritas moneter AS kemungkinan memangkas stimulus secara bertahap sebesar US$ 10 miliar hingga nantinya berakhir pada Desember 2014.

Pada 22 Mei lalu, ketika Gubernur The Fed Ben S. Bernanke mengumumkan akan mengurangi dana stimulus, pasar saham emerging market anjlok. Pasar kembali bangkit setelah pada September lalu Bernanke mengumumkan mempertahankan stimulus, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengurangi dana stimulus.

"Ada risiko pasar yang tidak yakin dengan stabilitas ekonomi, sehingga para pengambil kebijakan perlu menyadari bahwa kebijakan mereka harus sangat kuat," ucap Nakao. Contohnya, Indonesia dan India harus menjaga defisit fiskal mereka. Menurut Nakao, Indonesia harus melanjutkan reformasi struktural yang dibutuhkan, terutama liberalisasi pasar ritel dan pasar keuangan.

Nakao juga mengindikasikan bahwa ketegangan diplomatik antara Jepang dan China saat ini belum pada tingkat mengkhawatirkan sehingga ADB harus mengubah proyeksi ekonomi mereka.

Sedangkan kekisruhan politik di Thailand bisa menyebabkan negara itu kehilangan peluang untuk menarik investasi dari luar negeri. Pasalnya, saat ini banyak pilihan lain yang lebih menarik di kawasan Asia Tenggara.

ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada tahun depan menjadi 7,5% dari estimasi di awal bulan ini sebesar 7,4%. Di saat yang sama, ADB memangkas proyeksi ekonomi Asia Tenggara pada 2014 menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,3%.

Adapun estimasi pertumbuhan ekonomi Asia tetap dipertahankan, yakni sebesar 6% pada tahun ini dan 6,2% di tahun depan.

Editor: Sandy Baskoro