Asia Pacific Fibers Merajut Benang Khusus



JAKARTA. Meski harga serat sintetis tengah lesu, namun PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) terus berekspansi. Mulai tahun lalu, perusahaan itu mulai melebarkan sayap dengan memproduksi benang khusus (filamen) untuk kebutuhan kesehatan dan otomotif. Dengan usaha ini, POLY berharap bisa meraup penjualan hingga US$ 600 juta.

Sekretaris Perusahaan PT Asia Pacific Fibers, Tunaryo menuturkan, tahun ini, POLY  mengalokasikan belanja modal sekitar US$ 20 juta-US$ 30 juta. Dari jumlah itu, pada kuartal I-2013, POLY telah membelanjakan US$ 10 juta untuk tambahan mesin baru pabrik di Kaliwungu, Semarang, Jawa Tengah, yang memproduksi benang khusus. "Benang khusus ini nantinya untuk produk kesehatan. Produk ini yang sedang kita garap," ujarnya, Kamis (13/6).

Selain untuk produk kesehatan, benang khusus berbahan filamen ini juga membidik pasar otomotif. Untuk diketahui, benang berserat khusus ini biasa dipakai untuk bahan jok mobil dan pesawat terbang.


Tunaryo bilang, Asia Pacific Fibers telah menggaet produsen mobil ternama, Audi, yang memiliki pabrik di Thailand. "Kami sudah melakukan beberapa penjajakan untuk kerjasama," katanya.

Tak hanya itu, perusahaan itu juga membidik pasar Amerika Serikat dan Eropa. Asia Pacific Fibers juga berniat memasarkan produk benang filamen ini ke industri otomotif domestik, seperti Toyota.

Karena itu, Asia Pasific Fibers berniat menggenjot produksi pabrik benang filamennya di Semarang. Jika sebelumnya produksinya 425 ton per hari, rencananya akan ditingkatkan menjadi 525 ton per hari. Tunaryo bilang, dari total kapasitas produksi sebesar 54.000 ton per tahun, saat ini, kapasitas terpakainya baru sekitar 70%-75%.

Selain memiliki pabrik di Semarang, pabrik POLY lainnya terletak di Karawang, Jawa Barat. Pabrik ini memproduksi poliester. Namun, pabrik benang di Karawang sudah berproduksi dengan kapasitas penuh. Secara total, kapasitas seluruh pabrik milik POLY mencapai 148.000 ton per tahun.

Meski begitu, tahun ini, POLY hanya menargetkan pendapatan sekitar US$ 600 juta. Angka ini sama dengan realisasi pendapatan yang berhasil diraup perusahaan  ini pada tahun 2012 yang sebesar US$ 600,53 juta.

Tunaryo beralasan, persaingan di industri benang dalam negeri cukup ketat. Apalagi, situasi pasar global yang belum pulih membuat perusahaan China ramai-ramai melempar produk benang ke Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi