KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten serat sintetis, PT Asia Pacific Fibers Tbk (
POLY) memandang prospek bisnis industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan konservatif tahun ini. Head of Corporate Communications and PR Asia Pacific Fibers, Prama Yudha Amdan menjelaskan beberapa kebijakan pemerintah dilihat dapat memberikan dukungan. Di antaranya adalah rencana pergantian seragam yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). "POLY bergerak di hulu sehingga apapun yang terjadi di hilir (garmen dan pakaian jadi) tentu akan berpengaruh kepada kami. Sepanjang permintaan atas baju seragam baru tersebut diproduksi oleh produsen garmen dalam negeri tanpa impor, tentu akan berdampak positif. Namun kami enggan berkomentar lebih jauh," ujarnya kepada Kontan, Rabu (17/4).
Baca Juga: Asia Pacific Fibers (POLY) Targetkan Penjualan Bersih US$ 390 Juta Tahun Ini Sebagai informasi, sempat beredar kabar bahwa Kemendikbud Ristek akan melakukan pergantian seragam sekolah untuk jenjang SD, SMP, dan SMA setelah Lebaran 2024. Hal ini pun pada akhirnya dibantah oleh Kemendikbud Ristek. Di sisi lain, POLY juga masih memandang positif rencana pemberlakuan Permendag Nomor 3 Tahun 2024. Prama menyebutkan, dengan diberlakukan Permendag yang baru di mana terdapat pembatasan impor TPT dan garmen, akan memberikan angin segar. "Industri akan dapat berkompetisi secara lebih sehat dan adil. Kita berharap Permendag ini tetap dikawal implementasinya dan tidak bocor dalam penegakan hukumnya," tambah dia. Tahun ini, manajemen POLY menargetkan penjualan bersih sebesar US$ 390 juta, atau sekitar 30,87% di atas proyeksi penjualan tahun 2023 sebesar US$ 298 juta. POLY menganggarkan dana belanja modal atau capex sebesar US$ 4 juta tahun ini yang digunakan untuk peremajaan mesin. Di sisi lain, POLY mengakui masiih terus akan bergerak seiring dengan pasar yang masih
wait and see terhadap industri TPT. POLY mencatat bahwa 2023 merupakan masa kelam bagi industri TPT nasional dan dampaknya masih terasa.
"Kami masih
wait and see berharap dampak kebijakan terasa karena seperti yang Anda tahu bahwa 2023 adalah masa kelam bagi industri TPT kita," tutupnya. Sepanjang 2023 lalu, POLY tercatat menderita kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$11,213 juta dari perolehan laba senilai US$12,313 juta. Sementara itu pendapatan ikut menurun menjadi US$291,19 juta dari US$ 396,98 juta. Penurunan kinerja ini salah satunya disebabkan oleh turunnya produksi dan penjualan sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang berdampak pada kenaikan harga minyak mentah dunia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .