JAKARTA. PT Asia Pacific Fibers Tbk menghitung, pendapatan tahun 2015 bakal turun sekitar 7% ketimbang 2014. Jika pendapatan tahun lalu US$ 497,98 juta, berarti proyeksi pendapatan tahun ini yakni US$ 463,12 juta. Dasar hitungan Asia Pacifc adalah berhentinya produksi purified terepthelat acid (PTA) pada tahun ini. Sejak kuartal I-2015 hingga kuartal III-2015, produsen tekstil itu tak tercatat menjual PTA. Terakhir kali mereka menjual PTA pada tahun 2014 yang semuanya diekspor. Musabab penghentian produksi PTA karena dari hitungan bisnis, ongkos produksi tak sebanding lagi dengan hasil yang didapatkan oleh Asia Pacific. Sementara harga jual PTA impor bisa lebih miring.
"Ada beberapa negara yang mempunyai PTA ini, terutama di China," ujar Tunaryo, Sekretaris Perusahaan PT Asia Pacific Fibers Tbk kepada KONTAN, Rabu (28/10). Untuk itu, kalaupun membutuhkan PTA untuk kebutuhan sendiri, Asia Pacific mulai beralih menggunakan PTA impor. Dengan alasan harga murah tadi, perusahaan tersebut belanja PTA dari Negeri Tirai Bambu. Namun patut dicatat, kalau menelisik laporan keuangan 2014, sejatinya produk PTA tak berkontribusi besar. Penjualan PTA tahun lalu tercatat US$ 255.780. Nilai penjualan itu hanya setara dengan kontribusi 0,05% terhadap total pendapatan tahun 2014. Yang pasti, laporan keuangan tahunan Asia Pacific sejak 2012 hingga 2014, memang konsisten turun. Penurunan pendapatan tahun 2014 yakni sebesar 12,9%, sehingga menjadi US$ 497,98 juta. Tak berhenti sampai di situ, catatan kinerja Asia Pasific terbaru per 30 September 2015, pun masih lesu. Pendapatan pada periode itu tercatat US$ 303,77 juta, atau turun 20,87% ketimbang pendapatan per 30 September 2014 yakni US$ 383,88 juta. Ada lima sumber pendapatan Asia Pacific, yarn, fibre, chips, fleece dan produk lain-lain. Dua kontributor terbesar perusahaan tersebut adalah yarn dengan catatan penjualan sekitar US$ 152,89 juta dan fibre dengan catatan penjualan US$ 120,41 juta. Kalau soal tujuan pemasaran, penjualan domestik masih lebih besar ketimbang ekspor. Penjualan domestik tercatat US$ 245,37 juta, atau berkontribusi 81,39% terhadap total pendapatan bersih mereka, yakni US$ 301,46 juta. Tunaryo beralasan, penurunan kinerja pada kuartal III-2015 terjadi karena permintaan penjualan memang menyusut.
Ini tak terlepas dari kondisi makro ekonomi di tanah air yang lesu. Namun boleh dikata, Asia Pacific sedikit beruntung. Pasalnya, di tengah pendapatan yang konsisten turun, rugi perusahaan ini mulai kempis. Per 30 September 2015, rugi bersih mereka tercatat US$ 1,54 juta. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, tercatat rugi US$ 34,89 juta. Di luar kalkulasi bisnis, patut disayangkan jika Asia Pacific akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atas 60 karyawan di bagian produksi PTA mulai November 2015. Ini adalah buntut dari penghentian produksi PTA tadi. Dus, masih tersisa 40 karyawan di bagian ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie