KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ajang Asian Games bulan depan diharapkan mampu menjadi stimulus positif bagi kinerja dan pergerakan sejumlah saham di sektor
consumer goods hingga akhir tahun. Analis Senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, Asian Games akan menjadi
trigger pendongkrak konsumsi masyarakat. "Sedangkan efek Lebaran kemarin memang ada tapi tidak signifikan karena adanya penurunan daya beli masyarakat di bulan sebelumnya," kata William, Rabu (18/7). William menambahkan, sektor barang konsumer masih berpotensi tumbuh hingga akhir tahun. "Secara sektoral masih
overweight dengan
outlook yang cukup positif," ungkapnya.
Mengutip data Bloomberg, kinerja saham-saham
consumer goods turun tajam. Secara
year to date (ytd), indeks saham
consumer goods sudah merosot 15,65%, lebih buruk dibandingkan IHSG yang turun 7,77% dari awal tahun hingga kemarin. Kinerja sektor ini berada di posisi dua terbawah di antara indeks sektoral Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejumlah saham juga turut mencatatkan kenaikan yang cukup tajam seperti PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (
PCAR) yang naik sebesar 1.025,98%
ytd, harga saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk (
HOKI) naik 141,28% ytd, PT Integra Indocabinet Tbk (
WOOD) naik 115,16% ytd, PT Sariguna Primatirta Tbk (
CLEO) naik sebesar 61,59% ytd, dan PT Mayora Indah Tbk (
MYOR) naik sebesar 54,95% ytd. Namun, ada juga yang mengalami penurunan yang cukup drastis seperti PT HM Sampoerna Tbk (
HMSP) yang turun sebesar 21,99% ytd, PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) yang turun sebesar 24,56%, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (
ROTI) yang turun 24,71%, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (
WIIM) yang turun sebesar 25,52% dan PT Merck Tbk (
MERK) yang turun sebesar 27,35%. Menurut William, kenaikan sejumlah saham di sektor
consumer goods dipengaruhi oleh beberapa faktor yang datang dari internal maupun eksternal. Salah satunya, beberapa saham konsumer merupakan pendatang baru bursa atau baru saja melakukan IPO. "Momen IPO ini membuat harga saham-saham tersebut masih murah sehingga banyak pelaku pasar, terutama para investor ritel, berlomba-lomba membeli saham ini karena harga sahamnya yang masih rendah," terangnya. Untuk diketahui, PCAR termasuk salah satu emiten pendatang baru di bursa yang baru IPO pada akhir Desember tahun lalu. HOKI dan WOOD baru melantai di pada pertengahan bulan Juni tahun lalu. Sedangkan CLEO menggelar IPO pada awal Mei tahun lalu. Di sisi lain, ada korelasi dengan faktor eksternal seperti penetrasi ekspor emiten seperti WOOD yang cukup tinggi maupun naik penjualan Le Mineralle yang merupakan grup MYOR. Soal harga saham emiten konsumer yang turun, William bilang hal tersebut disebabkan oleh efek pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS yang mempengaruhi struktur bisnis emiten konsumer. "Misalnya KLBF yang harus membayar biaya harga pokok penjualan yang lebih tinggi karena bahan bakunya berasal dari impor," jelasnya. Lanjut William, emiten rokok juga mengalami penurunan laba operasi karena adanya penyesuaian tarif cukai sejak awal tahun lalu. "Selain itu, ada juga sentimen eksternal seperti kenaikan The Fed Rate juga tentunya mempengaruhi emiten tersebut," tambahnya.
William mengatakan, fundamental emiten barang konsumer masih oke. Dia memperkirakan, penjualan emiten akan mencapai target. Tapi bottom line akan ada efek penyesuaian biaya akibat naiknya rupiah ataupun naiknya tarif kebijakan pemerintah. Ia merekomendasikan dua saham di sektor
consumer goods yang bisa dilirik investor seperti HMSP dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF). Target harga HMSP di level Rp 4.200 per saham hingga akhir tahun. Sedangkan INDF diharapkan hingga akhir tahun bisa menyentuh level Rp 8.100 per saham. Sekadar info, pada akhir perdagangan hari ini harga saham HMSP turun 0,27% ke level Rp 3.700 per saham. Sedangkan saham INDF juga turun 0,39% ke level Rp 6.400 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati