ASII optimis bisa kuasai market share mobil 51%



JAKARTA. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan naiknya suku bunga acuan alias BI rate ditanggapi santai oleh PT Astra International Tbk (ASII). ASII masih yakin bisa mempertahankan pangsa pasar mobil tahun depan di level 51%.

Direktur Utama ASII, Prijono Sugiarto masih optimistis industri otomotif bakal tumbuh meski lambat. ASII juga memanfaatkan peluang untuk mendorong ekspor kendaraan lebih besar lagi. "Sektor otomotif masih positif. Indonesia bisa lebih banyak melakukan ekspor saat Thailand tengah terganggu," jelasnya, Selasa (25/11).

Penjualan kendaraan ASII di tahun ini memang masih belum pulih. Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pangsa pasar kendaraan roda empat ASII pada Oktober 2014 masih berada di bawah 50%.


Total penjualan mobil selama Oktober 2014 mencapai 105.430 unit. Adapun, penjualan produk roda empat ASII sebanyak 49.739 unit kendaraan. Sehingga, ASII hanya meraup pangsa pasar mobil sebesar 47%. Pencapaian ini sedikit lebih baik dibanding pada September 2014 yang hanya 46%. 

Melihat historikal penjualan mobil ASII, pangsa pasar mobil ASII biasanya selalu tembus di atas 50%. Namun, pada Mei dan Agustus 2014, pangsa pasar roda empat ASII hanya sebesar 47% dan 49%. 

Jika diakumulasikan, sepanjang sepuluh bulan pertama 2014, penjualan mobil ASII mencapai 525.976 unit. Angka ini setara dengan 51% dari total penjualan mobil domestik yang sebesar 1,03 juta unit kendaraan. 

"Kami upayakan tahun depan juga tetap bertahan di kisaran 51%. Kalau bisa kembali ke 53%," ujar Yulian Warman, Head of Public Relation ASII. Sementara pangsa pasar penjualan motor diharapkan stabil di level 63%.

Yulian yakin, dampak dari kenaikan harga BBM dan BI Rate hanya bersifat sementara. Dalam tiga bulan usai kenaikan BBM, biasanya penjualan mobil akan kembali tinggi. "Kami juga ada strategi mengembangkan distribusi mobil, supaya lebih dekat dengan pelanggan," jelasnya.

Tahun ini, ASII menganggarkan belanja modal sebesar Rp 15 triliun hingga Rp 17 triliun. Di tahun depan, belanja modal ASII akan naik sebesar 10% hingga 20% menjadi Rp 16,5 triliun hingga Rp 20,4 triliun. Belanja modal itu akan dibagi untuk enam lini bisnis ASII terutama untuk otomotif. 

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan, memang industri otomotif akan tertekan hingga tahun depan, terutama di era suku bunga tinggi. Namun, Hans masih yakin pangsa pasar ASII akan stabil. "Ada bonus demografi yang akan membuat permintaan mobil tetap tumbuh," ujarnya. 

Namun, untuk menutupi perlambatan bisnis otomotif, Hans menilai ASII harus memperbesar sektor lain seperti infrastruktur. ASII melalui anak usahanya PT United Tractors Tbk (UNTR) bakal mengakuisisi saham PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Menurut Hans, hal tersebut bisa membantu ASII mengejar pertumbuhan kinerja di masa yang akan datang. "Selain itu, ASII perlu memperbanyak inovasi produk," kata dia.

Hans merekomendasikan Buy untuk saham ASII. Namun, target harganya diturunkan dari Rp 8500 per saham menjadi Rp 8.300 per saham pada tahun depan. Saham ASII ditutup turun 3% menjadi Rp 6.900 per saham pada perdagangan Selasa (25/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto