Asing banyak jual, investor domestik jangan panik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing masih melakukan aksi jual pada pasar modal domestik. Pada perdagangan Jumat (26/10), Indeks Harga Saham Gabungan berhasil menghijau 0,52% ke level 5.784.

Jika dibandingkan dengan pekan lalu, IHSG ditutup melemah 1,5%. Sejak awal tahun hingga akhir perdagangan pekan kemarin, indeks bursa saham Indonesia sudah merosot hingga 8,98%.

Penguatan IHSG diiringi dengan aksi penjualan bersih (net sell) investor asing selama sepekan terakhir senilai Rp 326,42 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemodal asing memang tampak masih enggan mendekati pasar saham lokal.


Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), asing sudah membukukan net sell senilai Rp 56,84 triliun. Angka ini lebih besar dari posisi akhir tahun lalu Rp 40,21 triliun. Prsi asing di pasar saham juga lebih besar yakni 47% dari akhir tahun lalu sebesar 36%.

Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada mengatakan, investor asing masih melakukan nett sell karena membutuhkan likuiditas di tengah kondisi pasar global yang tidak menentu.

Meski secara total tercatat nett sell, tapi Reza bilang bukan berarti mereka tidak punya posisi di saham-saham pasar modal Indonesia.

"Mereka tetap memiliki eksposur yang tinggi terhadap saham-saham di Indonesia seiring masih baiknya kinerja sejumlah emiten di Indonesia. Jadi, mereka lebih memanfaatkan momen negatifnya kondisi global untuk profit taking dan kembali masuk di saat harga sudah sangat rendah," tuturnya, Minggu (28/10).

Ia melanjutkan, keluarnya aliran dana asing dari pasar modal domestik membuat indeks melemah dan hingga akhir tahun, akan masih tercatat nett sell seiring sentimen di pasar yang cenderung variatif.

Namun, Reza menyarankan kepada investor dalam negeri agar jangan terlalu panik ketika pasar terjadi penurunan. "Bisa juga manfaatkan pelemahan untuk masuk di harga yang rendah," pungkasnya.

Ia lantas memprediksi pergerakan IHSG hngga akhir tahun akan berada di kisaran support di level 5.625 hingga 5.754. Sementara, resistance di level 6.025 hingga 6.055. "Kalau untuk 2019, kita perlu melihat kondisi nanti karena akan tergantung dengan sejumlah sentimen yang ada," imbuhnya.

Untuk saham-saham, ia merekomendasikan untuk seperti UNVR, ITMG, BBCA, HMSP dan TLKM. Alasannya karena saham-saham berkapitalisasi besar biasanya cenderung jadi pilihan di saat kondisi pasar sedang volatil.

"Boleh beli saham UNVR dengan target harga di jangka panjang di level Rp 52.500 per saham. ITMG dengan target harga di level Rp 32.000 per saham. BBCA dengan target harga di level Rp 27.500 per saham. HMSP dengan target harga di level Rp 4.800 per saham dan TLKM dengan target harga di level Rp 4.650 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti