KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah akibat naiknya yield treasury Amerika Serikat (US Treasury) turut merembet ke pasar saham. Analis Binaartha Sekuritas M.Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan dari dinamika pasar saat ini terpantau yield US Treasury 10 tahun secara teknikal memiliki tren naik. "Hal ini membuat kinerja market mengalami tekanan dan asing cenderung memanfaatkan posisi jual," ujarnya kepada kontan.co.id, Senin (8/5). Nafan memaparkan sebetulnya menilik pada tiga bulan sebelumnya mengalami nett buy sebesar Rp 3,24 triliun. Karenanya, terjadinya nett sell belakangan ini juga dipicu meredanya January Effect.
Baca Juga: Saham masuk UMA, begini penjelasan Bank Bisnis (BBSI) dan Bank Amar (AMAR) Selain itu, ditambah investor asing saat ini cenderung sedang mengamati kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19. Terlebih, adanya varian mutasi Covid-19 yang baru juga memberikan pengaruh pada perilaku investor untuk lebih cenderung melepas saham-saham yang memiliki kapitalisasi cukup besar. Kemudian, investor asing dinilai masih mengamati kebijakan aksi korporasi. "Maka dari itu, ia menilai saat ini para pelaku pasar asing masih cenderung wait and see," tuturnya. Ia memperkirakan ada beberapa katalis yang mampu menekan keluarnya asing dari pasar saham. Antara lain perbaikan kinerja daripada data makro ekonomi domestik, indeks keyakinan konsumen, dan tingkat inflasi. Nafan menyebutkan, saat ini memang terjadi pelemahan daya beli akibat pandemi Covid-19. Kendati begitu, diharapkan dengan adanya momentum bulan puasa dan Idul Fitri mampu mendorong peningkatan performa dari indeks keyakinan konsumen dan tingkat inflasi sehingga hal ini mengurangi tekanan dari nett sell asing. Baca Juga: BBCA, BMRI hingga ASII banyak dilepas asing, ini kata analis