KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar bursa sukses menghijau dalam sepekan terakhir. Kondisi ini diikuti aksi
net buy dari investor asing. Berdasarkan data RTI aksi beli asing dalam sepekan tercatat mencapai Rp 677,87 miliar. Dalam beberapa hari terakhir, incaran investor asing lebih banyak tertuju ke saham TLKM, PTBA dan ANTM. Bahkan, TLKM kerap mencatatkan
net buy tertinggi dalam perdagangan harian. Tak hanya itu, saham ASII, RALS, BBTN, PWON, PGAS, BBCA dan SSIA juga ikut kecipratan aliran dana investor asing tersebut.
Senior Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengungkapkan, dari keseluruhan saham yang kecipratan dana asing, PTBA menjadi yang paling menarik untuk dilirik investor ke depan. "Dari semuanya, PTBA paling menarik untuk dilirik, dengan
outlook yang positif. Apalagi, dengan pendapatan Inalum yang mencapai Rp 35 triliun, itu positif
untuk sektor barubara dan BUMN," kata William kepada Kontan.co.id, Jumat (13/7). Begitu juga dengan saham TLKM yang masih memiliki prospek positif, didukung dengan fundamental yang bagus. Sedangkan ANTM, investor cukup
wait and see saat ini, mengingat penguatan dolar AS masih akan menekan harga emas ke depan. "Selain itu, meskipun secara riset kondisi ANTM masih cukup bagus, namun dari sisi
good corporate governance (GCG) masih kurang," ungkapnya. Beberapa saham lainnya yang perlu
wait and see menurut Paramitra Alfa Sekuritas adalah PGAS dan BBTN, PWON dan SSIA. Sedangkan untuk BBCA meskipun prospeknya bagus, namun potensial
upside-nya di bawah 10%. Untuk saham ASII, pelemahan nilai tukar rupiah dinilai bakal menekan tingkat konsumsi masyarakat. Dalam hal ini, minat masyarakat untuk membeli mobil terbilang masih rendah. Di sisi lain, RALS justru masih memiliki prospek yang cukup baik, dengan kondisi fundamental yang stabil sepanjang kuartal II-2018. Bahkan, target penjualan perseroan tersebut sudah tercapai 50%, sehingga asing melihat prospek yang baik pada saham RALS.
"Apalagi, utangnya masih rendah,
cash kuat dan prospeknya masih tinggi," jelasnya. Untuk sektor perbankan, William menilai kondisinya masih cukup prospektif karena tertekan dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Apalagi, berdasarkan survei konsumen Juni, disebutkan minat masyarakat untuk menabung mulai tumbuh. "Sehingga, meskipun
net interest margin (NIM) akan tertekan, namun dana pihak ketiga (DPK) akan terus naik. Maka prospek bank untuk menyalurkan kredit ke depan akan semakin besar," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi