KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu bertahan di level 6.100. Analis menilai, penguatan indeks hal tersebut bukan disebabkan
window dressing. Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan, memang beberapa waktu ini asing terlihat membukukan
net buy. Berdasarkan data RTI, sebulan terakhir asing mencatatkan
net buy di seluruh pasar sebesar Rp 1,72 triliun. "Hanya saja masih dalam jumlah terbatas karena asing sendiri melihat momen untuk masuk ke dalam pasar ekuitas," ujarnya kepada kontan.co.id, Minggu (25/7).
Menurutnya, kondisi Covid-19 yang belum stabil menciptakan ketidakpastian, dan ketidakpastian menyebabkan orang menunda ekspansi dan konsumsi yang berujung turunnya pertumbuhan ekonomi seperti yang sudah beberapa kali direvisi. "Ini yang akan menjadi pertimbangan," ulasnya. Pada penutupan IHSG akhir pekan lalu, tercatat
net sell asing di seluruh pasar sebesar Rp 122,55 miliar. Nico menilai, belum melihat atau terlihat adanya
window dressing di pasar. "Karena sejauh ini pasarnya masih begitu-begitu saja," ujarnya.
Baca Juga: Asing banyak melego saham-saham ini dalam sepekan saat IHSG menguat Meski masih bisa bertahan di level 6.000, Nico masih mengkhawatirkan konsistensi IHSG. Ia melihat, IHSG akan konsisten jika mampu bertahan di atas level 6.100. Ia juga bilang, secara momentum pemulihan pasar ekuitas Indonesia masih sangat menarik. "Karena harga sedang mengalami koreksi, namun saham tersebut memiliki fundamental dan valuasi potensial upside di masa yang akan datang," sebutnya. Nico menyebutkan, sejak awal tahun untuk wilayah Asia yang masih mencatatkan capital inflow positif ada 3 negara. Yakni, Indonesia senilai Rp 18,7 triliun, India dengan nilai Rp 104 triliun, dan Jepang sebanyak Rp 313 triliun. Menurutnya, jika India yang masih berkutat dengan Covid-19 bisa mencatatkan capital inflow yang masih positif, itu artinya pelaku pasar dan investor melihat Covid-19 ini sebagai salah satu kesempatan dan momentum yang sangat baik untuk mulai masuk selagi harga mengalami koreksi. "Separah apapun situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia, akan selalu ada porsi investasi di Indonesia. Besar dan kecilnya tentu relatif mengingat situasi dan kondisi yang masih cenderung fluktuatif," paparnya. Sementara Analis Panin Sekuritas William Hartanto
mengatakan, net buy asing bisa dinilai sebagai
window dressing. Sebab, setiap tahun tanda-tandanya seperti itu. "Namun, bisa jadi juga disebabkan karena IHSG dibanding bursa luar negeri lebih atraktif dengan harga saham yang relatif lebih murah akibat
sideways selama 1 bulan lebih," ujarnya.
Panin Sekuritas melihat saham-saham yang paling banyak diburu yakni dari sektor perbankan. Menilik data RTI, selama sebulan terakhir saham perbankan yang paling banyak diburu asing yakni BMRI, BBNI, BBRI, dan BTPS. William menilai, saham-saham tersebut juga masih menarik untuk diamati investor. "Masih menarik untuk
buy on weakness," imbuhnya. Senada, Nico juga bilang saham yang diburu asing masih menarik. "Tidak mungkin memburu saham tersebut kalau tidak menarik dan memiliki fundamental yang baik," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat