KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini sudah kembali ke zona hijau. Pada dua hari perdagangan terakhir, IHSG naik 2% dan 1,56% sehingga bertengger di level 5.813,99 pada penutupan perdagangan Rabu (2/12). Meskipun begitu, investor asing masih terus melakukan aksi jual. Hal itu terlihat dari foreign net sell yang masih terus dicatatkan dalam dua hari perdagangan ini. Pada Selasa (1/12), asing mencatatkan
net sell Rp 684,06 miliar di seluruh pasar dan berlanjut pada Rabu (2/12) sebesar Rp 155,34 miliar . Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, aksi jual yang masih terus dilakukan investor asing hanya merupakan faktor teknikal. Mengingat, IHSG sudah naik cukup signifikan dalam beberapa pekan ke belakang.
Menurut dia, investor asing akan kembali membukukan net buy di pasar saham seiring dengan membaiknya data fundamental dalam negeri.
Baca Juga: Tembus level 5.800, IHSG masih berpeluang menguat pada Kamis (3/12) "Aliran dana asing masuk hanya menunggu waktu," kata Okie saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (2/12). Okie optimistis kondisi perekonomian Indonesia dapat kembali menarik investor asing untuk masuk ke pasar saham. Pasalnya, kinerja perekonomian Indonesia lebih baik dibandingkan negara-negara lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Terlebih lagi, risiko pasar keuangan yang terus turun dan komitmen Bank Indonesia dalam menjaga likuiditas pasar keuangan juga memberikan ruang bagi rupiah untuk terapresiasi menjelang akhir tahun ini. "Bagi pelaku bisnis, fluktuasi nilai tukar menjadi perhitungan khusus. Dengan begitu, stabilitas nilai tukar yang saat ini cukup baik dapat ikut mendorong kinerja dari sektor riil," ucap Okie. Di sisi lain, aksi jual yang dilakukan investor asing dapat menjadi kesempatan untuk mengoleksi saham-saham yang banyak dilepas. Pada Rabu (2/12), 10 saham yang mencatatkan penjualan bersih terbesar asing terbesar adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). Okie menyarankan investor untuk mencermati saham-saham yang tergolong sektor industri konsumsi. Pasalnya, dalam satu ke belakang, sektor ini justru bergerak lagging di tengah penguatan IHSG. "Penurunan yang terjadi pada sektor ini dapat dijadikan momentum pembelian karena ruang bagi penguatan masih cukup terbuka," ungkap Okie.
Mengingat, peluang perbaikan pada sektor ini diprediksi kian besar seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat pada tahun depan. Oleh karena itu, menurut Okie, pelaku pasar dapat mempertimbangkan untuk
buy on weakness UNVR, ICBP, INDF, dan CPIN. Ia merekomendasikan investor
buy on weakness UNVR di area Rp 7.500-Rp 7.575 per saham, ICBP Rp 9.800-Rp 10.050, dan INDF Rp 6.800-Rp 7.175. Selain itu, Okie menilai sektor perbankan juga masih
overweight sehingga penurunan ini dapat dijadikan momentum pembelian. Ia merekomendasikan buy on weakness BMRI di kisaran Rp 6.325-Rp 6.650 per saham dan BBNI Rp 5.925-Rp 6.400.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi