Asing grogi selama pandemi, pasar SBN ditopang investor domestik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) masih terus mengalami fluktuasi. Kendati begitu, jumlahnya masih belum kunjung mendekati level sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Saat itu, pada awal Maret 2020, kepemilikan asing di SBN tercatat sebesar Rp 1.039 triliun. 

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan, posisi investor asing saat ini memang cenderung dinamis mengikuti perkembangan pasar. Misalnya, selama periode akhir Januari hingga awal Februari kemarin ketika pasar relatif kondusif, kepemilikan asing di SBN sempat menyentuh Rp 997,31 triliun pada 5 Februari. Padahal pada akhir 2020, kepemilikan asing di SBN sebesar Rp 973,91 triliun.

Namun, ketika yield US Treasury mengalami rally kenaikan, investor asing pun mulai keluar dari SBN dan kepemilikan asing di SBN sempat kembali ke sekitar Rp 950 triliun. Untungnya, ketika yield US Treasury mulai stabil kembali, investor asing perlahan kembali masuk sehingga membuat kepemilikan asing di SBN per 30 Juni mencapai Rp 977,31 triliun. 


“Di awal paruh kedua tahun ini, kasus Covid-19 di Indonesia kembali melonjak dan pemerintah memberlakukan PPKM Darurat. Hal ini akan berpotensi menghambat kembali masuknya investor asing, seiring posisi mereka akan cenderung wait and see dahulu,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Senin (5/7)

Baca Juga: Masih ada potensi rupiah menguat di hari Selasa (6/7)

Salah satu yang menarik adalah persentase porsi asing dalam SBN, pada akhir tahun 2020 yang mencapai 25,16%. Sementara pada akhir Juni kemarin sebesar 22,82%, padahal secara nominal, jauh lebih besar kepemilikan asing di SBN pada akhir Juni dibanding akhir 2020.

Ramdhan menyebut hal ini bentuk dari kuatnya dukungan dari investor domestik di pasar SBN selama pandemi ini. Dukungan ini juga tidak hanya bergantung dari pembelian Bank Indonesia, tapi juga didukung oleh melimpahnya likuiditas di dalam negeri, khususnya pada kelompok perbankan. 

Dia bilang, hal tersebut tercermin dari masih rendahnya loan to deposit ratio perbankan yang mendorong suku bunga deposito terus turun. Alhasil, banyak investor domestik yang lebih berani berinvestasi jangka panjang di pasar obligasi.

“Selama pandemi ini, memang ada tren pembalikan di pasar. Jadi SBN kita saat ini sudah tidak terlalu bergantung pada investor asing seiring kuatnya investor domestik. Berkurangnya kepemilikan asing tidak memberi dampak yang signifikan,” imbuh Ramdhan.

Baca Juga: Jumlah penawaran pada lelang SUN besok diperkirakan menyentuh Rp 60 triliun

Di satu sisi, dia juga menyebut, Bank Indonesia masih punya banyak ruang untuk membeli SBN jika memang diperlukan sepanjang paruh kedua tahun ini. Sebagai informasi, BI telah membeli SBN di pasar perdana sebesar Rp 120,83 triliun dari awal tahun hingga 30 Juni 2021. Sementara pembelian untuk APBN tahun lalu jumlahnya mencapai Rp 473,42 triliun.

Saat ini Ramdhan melihat investor asing kebanyakan mempunyai kepemilikan di seri acuan 10 tahun, yakni FR0087. Walau demikian, dia juga melihat kepemilikan asing di jangka panjang juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir. “Hal ini bisa mengurangi tekanan jual asing ketika terjadi gejolak di pasar global,” tutup Ramdhan.

Baca Juga: Seri baru SUN akan menjaga permintaan peserta lelang SUN pada Selasa (6/7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati