JAKARTA. Optimisme terhadap pulihnya perekonomian Tanah Air memicu perpindahan kegemaran investor asing dari mengoleksi surat utang negara (SUN) tenor pendek dan menengah menjadi panjang. Data SUN dwi mingguan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) mencatat, per 1 September 2015, porsi investor asing dalam SUN domestik mencapai Rp 526,03 triliun atawa 37,78% dari total outstanding SUN yang dapat diperdagangkan sebesar Rp 1.392,45 triliun. Dari total portofolio asing tersebut, sebanyak 46% investor asing menggenggam SUN bertenor lebih dari 10 tahun. Angka tersebut naik ketimbang posisi akhir tahun 2014 yang berkisar 43%.
Kenaikan juga terlihat pada SUN bertenor lima tahun hingga 10 tahun dari semula 34% menjadi 38%. Sebaliknya, penurunan terjadi pada SUN berusia dua tahun hingga lima tahun dari posisi 15% menjadi 11%. Hal yang sama juga terjadi di SUN berusia satu tahun hingga dua tahun yang menyusut dari 4% menjadi 3%. Begitu pula dengan SUN bertempo kurang dari satu tahun yang mengecil dari level 5% menjadi 3%. Analis Sucorinvest Sentral Gani Ariawan menilai, sejak awal tahun 2015, ada sebagian investor asing yang bergeser dari SUN tenor pendek dan menengah menjadi SUN tenor panjang. Menurut Ariawan, aksi tersebut mengindikasikan bahwa investor asing yakin perekonomian Indonesia masih cerah dalam beberapa waktu mendatang. S ebab, SUN tenor panjang umumnya lebih berisiko. Jika mereka berani menggenggam SUN tenor panjang, berarti mereka masih optimistis dapat memperoleh capital gain atas kenaikan harga obligasi di masa depan. “SUN tenor panjang juga jadi incaran investor asing yang bertujuan untuk trading karena lebih fluktuatif dan sensitif,” jelasnya. Memang banyak pihak yang memprediksi ekonomi Indonesia bakal pulih di paruh kedua tahun 2015. Apalagi inflasi dalam negeri per Agustus 2015 tercatat 0,39%. Hal ini menguatkan peluang target inflasi Tanah Air tahun ini yang dipatok 4% (±1%) akan tercapai. Selain itu, lanjut Ariawan, investor asing menyukai SUN tenor panjang karena lebih likuid di pasar sekunder. Pemerintah memang sering melelang SUN seri acuan yang bertenor panjang. “
Yield obligasi Indonesia juga tergolong tinggi ketimbang negara lainnya seperti Thailand dan Filipina,” tukasnya. Mengacu Asian Bonds Online per Jumat (4/9),
yield SUN tenor 10 tahun Indonesia berkisar 8,88%. Angka tersebut lebih menarik ketimbang
yield SUN bertenor sama negara-negara tetangga seperti Malaysia yang mencapai 4,39%, Thailand sebesar 2,85%, Vietnam sebanyak 7,15%, serta Filipina yang tercatat 4,47%. Ariawan menerawang, hingga akhir tahun 2015, porsi investor asing yang menggenggam SUN lebih dari 10 tahun akan menggemuk di 47% - 48%.
Memang ada ancaman kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat yang dapat berimbas negatif ke pasar obligasi domestik. “Tapi sentimennya justru positif karena rencana tersebut sudah ada kejelasan, ada titik terangnya,” katanya. Di sisi lain, kenaikan serapan anggaran belanja pemerintah serta program pembangunan infrastruktur dalam negeri juga akan mendorong perekonomian Indonesia. Sehingga, investor asing akan gencar masuk ke SUN tenor panjang akibat optimisme tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto