JAKARTA. Investor asing semakin terpikat pada surat utang negara (SUN). Ini terlihat dari kepemilikan asing di SUN yang mencapai Rp 606,08 triliun per Maret 2016. Angka tersebut melonjak Rp 47,56 triliun dibandingkan posisi akhir tahun 2015 yang sebesar Rp 558,52 triliun. Alhasil, porsi asing membesar dari 38,21% menjadi 38,48%. Presiden Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia alias Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru berpendapat, membaiknya makro ekonomi dalam negeri menambah daya tarik SUN bagi investor asing.
Di antaranya, penguatan kinerja rupiah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Rupiah menguat 3,98% secara
year to date (ytd). Pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) juga menjadi angin segar bagi pasar Surat Utang Negara (SUN). Sejak awal tahun 2016, BI sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali menjadi 6,75%. "Terjadi tren penurunan suku bunga sehingga harga SUN naik," kata Girendroheru, kemarin. Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management optimistis, asing akan semakin berminat terhadap SUN. Maklum, sejumlah negara maju menerapkan suku bunga negatif seperti di Eropa dan Jepang. Mengacu Asian Bonds Online per 6 April 2016, yield SUN bertenor 10 tahun mencapai 7,62%. Besaran tersebut lebih menarik ketimbang yield obligasi pemerintah Vietnam 7,05%, Thailand 1,51%, Filipina 4,75%, Malaysia 3,79%, AS 1,72%, serta China 2,89%. Selain itu, Desmon menyatakan, ada potensi kenaikan rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P). Pada 21 Mei 2015, S&P sudah mengerek outlook rating Indonesia dari stable menjadi positif sekaligus mengafirmasi rating pada level BB+. "Harga SUN akan terapresiasi. Investor asing akan masuk ke SUN," kata dia. Girendroheru menambahkan, kondisi makro ekonomi dalam negeri yang lebih stabil akan menopang pasar SUN di waktu mendatang. "Pemerintah bisa menjaga momentum ekonomi domestik. Neraca perdagangan surplus, cadangan devisa juga ikut meningkat," jelasnya. Kendati demikian, Direktur IBPA Wahyu Trenggono mengingatkan, ada tantangan eksternal yang patut dicermati. Mulai dari rencana kenaikan suku bunga AS, isu perlambatan ekonomi China, serta harga komoditas.
"Arah global masih mix. India memotong suku bunga, ekonomi Inggris mulai menunjukkan perbaikan," jelasnya. Selain itu, Wahyu bilang, pemerintah berupaya mengerek porsi investor domestik dengan mewajibkan dana pensiun, asuransi, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memarkirkan dana minimal 10%-30% di SUN. Namun dampaknya baru akan terasa dua tahun ke depan. Desmon memprediksi, hingga akhir tahun 2016, yield SUN seri acuan bertenor 11 tahun FR0056 akan bertengger di level 7,5% - 7,8%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie