Asing maju mundur masuk Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar masih ketakutan dan melakukan risk aversion. Per pukul 23.11 WIB, indeks fear & greed CNN berada di level 32. Ini menunjukkan pelaku pasar berada di posisi fear. Selama sebulan terakhir, indeks bahkan menunjukkan pelaku pasar berada di posisi extreme fear.

Tak heran, pelaku pasar terlihat mengurangi posisi di kawasan yang dianggap berisiko, termasuk emerging market Asia. Pasar saham di Asia cenderung merosot.

Filipina bahkan merosot dalam. Sejak awal tahun hingga kemarin, kapitalisasi pasar saham Filipina merosot hingga US$ 22,42 miliar. Pada Selasa (17/4) lalu, indeks bursa saham Filipina (PSEi Index) turun 2,3% mencapai posisi terburuknya sejak Mei 2017.


Selama empat bulan terakhir, indeks saham Filipina juga memimpin kejatuhan pasar di kawasan Asia Pasifik, yakni anjlok 8,94% , diikuti indeks Shanghai Tiongkok yang melorot 6,52%. Kapitalisasi pasar di bursa saham Tiongkok amblas US$ 22,26 miliar.

Pasar saham Indonesia juga masih rentan. Di empat bulan pertama tahun ini saja, investor asing sudah mencatatkan penjualan bersih atau net sell lebih dari Rp 25 triliun.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, faktor eksternal sangat mempengaruhi laju bursa di Asia Tenggara. "Rencana kenaikan Fed fund rate tahun ini berpengaruh luas, mengingat likuiditas dari The Fed mengalir ke pasar keuangan emerging market," ungkap dia, kemarin.

Selain itu, isu geopolitik Korea Utara yang sempat memanas di awal tahun, kecemasan perang dagang antara China versus Amerika Serikat, serta serangan AS ke Suriah, turut menekan pasar negara berkembang. Dalam waktu dekat, Rusia mengindikasikan balas dendam atas tindakan AS ke Suriah.

Namun, pelaku pasar domestik masih optimistis di tengah berbagai risiko tersebut. Hans meyakini, pasar keuangan Asia Tenggara, terutama Indonesia, tetap menarik. Yield negara berkembang cukup tinggi. "Indonesia termasuk yang paling tinggi di Asia Tenggara, ditambah lagi perbaikan rating Indonesia dengan outlook stabil," kata dia.

Hans menilai keluarnya dana asing dari pasar belum merisaukan. "Asing memang keluar, pasar saham boleh turun, tapi pasar obligasi kita masih baik," ungkap dia.

Ia meyakini sikap asing mengurangi portofolio di pasar saham hanya sebagai strategi jangka pendek. Seperti di negara lain, tahun politik juga membuat investor asing memilih mengurangi portofolionya di pasar keuangan, termasuk Indonesia.

Analis Royal Investium Sekuritas Wijen Ponthus menuturkan, pasar Indonesia saat ini memang bukanlah pilihan utama. "Pasar kita bukannya tidak menarik, tapi saat ini kurang seksi saja," kata dia.

Wijen menyarankan pemerintah membenahi dan meningkatkan perekonomian. Dengan begitu, otomatis asing akan kembali masuk. "Pemerintah juga perlu menjaga proyeksi pertumbuhan kinerja emiten dan BUMN, jangan sampai di bawah ekspektasi pasar," jelas dia.

Pemerintah juga perlu road show ke investor alternatif semisal Asia atau Semenanjung Arab. Pasar modal saat ini masih didominasi investor dari barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati