KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah sentimen pengurangan kebijakan moneter (
tapering off) dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), investor asing masih melakukan aksi beli bersih atau
foreign net buy di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mengutip data RTI Business, selama sebulan terakhir investor asing mencatatkan
net buy hingga Rp 6,22 triliun. Adapun selama tiga bulan terakhir,
foreign net buy tercatat hingga Rp 9,89 triliun. Aksi beli yang terus dilakukan oleh asing itu memperkuat
foreign net buy menjadi Rp 24,16 triliun sejak awal tahun. Analis Panin Sekuritas William Hartanto mencermati, untuk sentimen yang bersifat memungkinkan ditunda seperti
tapering off The Fed, pelaku pasar cenderung tidak merespons secara cepat. Oleh karenanya, investor masih mencatatkan
net buy di tengah kabar
tapering off The Fed.
Asal tahu saja, The Fed memang telah memberi sinyal akan melakukan
tapering off sejak beberapa waktu terakhir. Keputusan tersebut mempertimbangkan dampak pandemi Covid-19 terhadap kondisi di Amerika Serikat yang mulai membaik.
Baca Juga: Optimalkan pembiayaan non-utang, pemerintah pangkas penerbitan SBN tahun ini Menurut catatan Kontan, dalam pertemuan terakhirnya, The Fed mengatakan adanya kemungkinan untuk mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan setelah November 2021. The Fed juga mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang mungkin lebih cepat dari yang diharapkan. Kendati sentimen
tapering off The Fed semakin santer terdengar, William memprediksi investor asing masih akan betah di bursa. Sepengamatannya, ketika pemerintah AS menghentikan
quantitative easing (QE), kondisi ekonominya diprediksi akan lebih lesu dibandingkan Indonesia. Mengingat, selama ini pertumbuhan ekonomi AS cenderung dipengaruhi oleh penerapan QE. " Kalau ada
outflow, bisa jadi malah di Amerika Serikat," jelasnya lagi. Sementara itu, Analis Sucor Sekuritas Indonesia Hendriko Gani mencermati, penerapan
tapering off setelah bulan November 2021 itu masih rencana dan masih akan melihat perkembangan kondisi ekonomi.
Tapering off akan dilakukan dengan mempertimbangkan data ekonomi selama dua bulan ke depan.
Baca Juga: Harga emas menguat karena risiko Evergrande membesar dan dolar AS tergelincir "Kalau hasilnya bagus, baru The Fed akan melakukan
tapering off," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (26/9). Langkah The Fed yang masih mempertimbangkan kondisi ekonomi inilah yang disambut baik oleh investor. Oleh karenanya, investor asing masih akan bertahan dan tidak meninggalkan bursa. Melihat kondisi ini, Hendriko menyarankan investor untuk mengakumulasi saham-saham yang berfundamental baik. Saran tersebut mempertimbangkan valuasi IHSG yang saat ini cukup murah. Di sisi lain, IHSG diprediksi akan menguat di tahun 2022 nanti. Sementara itu, William menyarankan investor untuk memanfaatkan momentum ini dengan membeli saham-saham yang diburu asing yang memiliki prospek jangka panjang. Akan lebih baik lagi jika pergerakan sahamnya cenderung
uptrend. Sebab, sekalipun terjadi
taper tantrum, investor masih bisa melepas saham-saham di lain waktu ke depan. Di sisi lain, investor juga memiliki pilihan untuk melakukan realisasi keuntungan dengan strategi jangka pendek.
Baca Juga: Tapering bakal dimulai, The Fed berhenti beli US Treasury pada pertengahan 2022 William pun merekomendasikan
BBRI dengan target harga Rp 4.250 - Rp 4.400 per sahan,
TLKM dengan target harga Rp 3.640 - Rp 3.700 per saham,
BUKA dengan target harga Rp 1.000- Rp 1.030 per saham, serta
ASSA dengan target harga Rp 3.600-Rp 4.000 per saham.
Senada dengan dua analis di atas, Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe berpendapat, sentimen tapering off The Fed hanya akan berdampak pada investor-investor asing dengan pandangan jangka pendek. Sementara untuk investor asing jangka panjang, Kiswoyo melihat tidak akan keluar. "Selama tidak ada perubahan fundamental, perubahan yang basic, seharusnya sih tidak masalah. Mereka (investor asing jangka panjang) tidak akan keluar," terangnya kepada Kontan. Adapun sejauh ini Kiswoyo melihat sentimen
tapering off ini belum terlalu berperngaruh ke bursa karena rencana
tapering off setelah bulan November itu masih akan melihat kondisi ekonomi nantinya. Adapun dari dalam negeri, investor asing melihat IHSG masih di level yang cukup murah saat ini. Adapun kondisi pemulihan ekonomi Indonesia juga tergolong cukup baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli