Asing Masih Konsisten Catat Net Buy, IHSG Berpotensi Terkerek



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 10,64 poin atau 0,15% ke 7.242,66 Jumat (9/9).

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan bahwa jika dilihat dari pergerakan IHSG sepanjang 2 bulan terakhir hingga akhir pekan lalu, arahnya masih cenderung menguat. Dorongan dari capital inflow yang kuat mampu membuat IHSG bergerak anomali dikala bursa global secara umum mengalami kontraksi.

Menurutnya, beberapa sentimen yang mendasari optimisme para investor di Indonesia, terutama investor asing yang konsisten membukukan net buy belakangan ini adalah kinerja para emiten yang kuat. Khususnya, di sektor komoditas yang labanya terdongkrak oleh tingginya harga komoditas dan perbankan yang merupakan tulang punggung dari indeks yang terbantu oleh pemulihan ekonomi secara keseluruhan.


Baca Juga: Analis Masih Pertahankan Target IHSG di Level 7.500 Hingga Akhir Tahun

"Hal ini membuat investor asing lebih menyukai Indonesia karena ekonomi kita justru diuntungkan dengan kondisi saat ini, di mana negara lain sedang tertekan oleh inflasi tinggi akibat krisis energi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (10/9).

Sepanjang pekan lalu tercatat net buy mencapai Rp 3,5 triliun dan ia melihat belum adanya tanda akan mereda sehingga diharapkan dapat membawa IHSG segera mencetak rekor tertinggi baru tahun ini. Selain itu akhir pekan lalu bursa global juga kompak bergerak menguat yang dapat menjadi katalis positif bagi IHSG pekan depan.

Namun demikian, sejauh ini Investindo Nusantara Sekuritas masih mempertahankan target IHSG di 7.500 hingga akhir tahun. Menurutnya, masih ada beberapa faktor yang dapat menghambat laju indeks seperti kenaikan inflasi pada 4 bulan terakhir ini sehingga berpotensi menggerus kinerja para emiten.

Kemudian, langkah pengetatan ekonomi juga dilakukan pemerintah seperti menaikkan suku bunga dan harga BBM, mengikuti tren yang terjadi secara global sehingga diperkirakan terjadi kontraksi ekonomi di masa mendatang. "Meski tidak akan separah yang terjadi di luar karena masih sangat terbantu oleh harga komoditas yang tinggi," sambungnya.

Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi, Simak Rekomendasi Saham yang Menarik Dilirik, Senin (12/9)

Dari sektornya, dia menilai dari pergerakan beberapa pekan terakhir sektor teknologi menjadi yang paling tertekan. Selain memiliki valuasi yang relatif lebih tinggi dibanding sektor lain, langkah pengetatan moneter berpotensi mempersulit para emiten memperoleh dana murah untuk membangun ekosistem mereka seperti selama ini.

"Aksi bakar duit akan cenderung lebih terbatas karena sedang berhadapan dengan potensi kenaikan beban dan menurunnya daya beli masyarakat," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .