Asing masih tunggu IHSG terkoreksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren investor asing keluar dari pasar saham masih berlanjut. Pada perdagangan Senin (4/11), asing mencatatkan nilai penjualan bersih atau net sell sebesar Rp 845,32 miliar. Selama satu bulan terakhir, setidaknya asing juga telah membukukan net sell sebesar Rp 13,58 triliun dan secara year to date (ytd) net sell sebesar Rp 37,04 triliun.

Nico Omer Jonckheere, Vice President Research and Analyst Valbury Sekuritas Indonesia menyebut, pasar saham yang sudah tinggi atau mahal menjadi alasan investor asing keluar dari Indonesia. Hal ini berbanding terbalik dengan fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai masih cukup baik.

"Pasar berkembang seperti Indonesia tidak di-drive oleh makro ekonomi, korelasinya 0%," kata Nico di Jakarta, belum lama ini.


Menurutnya, ada dua hal yang menjadi pertimbangan investor asing. Diantaranya valuasi pasar yang mahal atau tidak, dan aliran uang di suatu negara. Oleh karena itu, kata Nico, keluarnya investor asing menyebabkan IHSG cenderung stagnan pada level 6.000-6.100.

"Tapi memang sejak investor Indonesia mewakili 50% lebih, pasar saham jadi lebih tahan. Itu benar, pasti. Tapi sebaliknya, ciri khas Indonesia adalah spekulator bukan investor, maka turun pun akan cepat," lanjutnya.

Menurut Nico, apabila asing ingin kembali lagi ke Indonesia masih harus menunggu koreksi. Ia menyatakan, setidaknya menunggu indeks terkoreksi 15%-20%. Namun pengecualian pada saham-saham tertentu yang masih murah dan belum dilirik orang.

"Sekarang memancing di bursa tidak begitu banyak ikan yang menarik. Kecuali masuk ke sektor komoditas dalam jangka panjang masih boleh," imbuh Nico.

Sektor komoditas yang menurutnya menarik, diantaranya seperti PTBA, ADRO, dan LSIP. Selain itu, sektor perbankan, telekomunikasi dan consumers good juga cukup menarik.

Dia menambahkan, faktor geopolitik juga memberikan pengaruh. Diantaranya yang terjadi di Korea Utara dan Timur Tengah. "Perang atau tidak di Korea Utara tergantung bagaimana Amerika Serikat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini