Asing masuk, bioskop bertambah



JAKARTA. Rencana pemerintah membuka peluang bagi investor asing di bisnis bioskop bakal membuat persaingan bisnis bioskop di Tanah Air bertambah ketat. Namun demikian, menurut David Hilman, Presiden Direktur PT Graha Layar Prima (Blitzmegaplex), kebijakan tersebut juga akan membuat persaingan bisnis ini makin sehat.

Dengan begitu, tidak ada lagi monopoli bisnis bioskop. "Semua pemain bisa bebas bersaing, industri bioskop jadi cepat berkembang khususnya di daerah," ungkap David kepada KONTAN, kemarin.

Seperti ditulis KONTAN (6/9), kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden No 36/2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan atau yang lebih beken dengan sebutan Perpres Daftar Negatif Investasi (Perpres DNI).David meramalkan jumlah bioskop akan bertambah banyak jika pemainnya bertambah. Dus, rasio antara jumlah penonton dengan ketersediaan layar bisa diperkecil.


Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) merekam, saat ini Indonesia memiliki 170 bioskop dengan 600 layar. Jumlah layar bioskop ini amatlah sedikit bila dibandingkan dengna jumlah penduduk Indonesia yang 240 juta jiwa. David berpendapat, idealnya Indonesia memiliki 3.000 layar.Saat ini Blitzmegaplex sendiri memiliki tujuh bioskop dengan 60 layar. Setelah membuka bioskop baru di Bekasi Cyber Park pada Juni lalu, Blitzmegaplex kembali akan membuka bioskop baru di Balikpapan dan Surabaya.

Di samping membuat persaingan lebih sehat, kehadiran pemodal asing menurut David pun akan membuka peluang kerjasama dengan bioskop yang sudah ada. David sendiri tak menutup kemungkinkan bila ada pemodal asing yang berniat bermitra Blitzmegaplex. "Asalkan hitung-hitungannya memberi keuntungan. Sebab, modal yang dibutuhkan memperhitungkan investasi lahan, kursi, ataupun interior lain," tutur David.

Jimmy Heryanto, Direktur PT Nusantara Sejahtera Raya (21 Cineplex) pun meyakini, kehadiran pemodal asing di bisnis bioskop akan membuat persaingan lebih kompetitif. "Tidak masalah, pihak-pihak asing silahkan kembangkan, toh nanti tergantung penguasaan pasar," kata Jimmy.

Djonny Syafruddin, Ketua GPBSI memprediksi, dibukanya keran bagi investor asing di bioskop akan menambah semarak bisnis bioskop di daerah. Maklumlah, 70% bioskop yang ada di Indonesia, berada di Jakarta. "Ini peluang bagus, apalagi kalau investornya dari Amerika atau Australia, kita tantang internasional masuk sini," kata Djonny.

Dia menghitung, untuk membuka satu bioskop di Jakarta, setidaknya butuh modal Rp 3 miliar-Rp 4 miliar. Sementara untuk membuka studio di daerah, diperlukan modal sekitar Rp 1,5 miliar. Agar sukses, bioskop harus memperhatikan lokasi. Selama ini, bioskop yang ramai dikunjungi ialah yang di mal.Maria Rosita

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini