Asing masuk pasar, harga obligasi rekor lagi



JAKARTA. Hampir semua seri obligasi pemerintah, baik yang bertenor panjang maupun pendek terus memperlihatkan kenaikan harga.

Beberapa bahkan mencetak rekor harga terbarunya. Seperti seri FR0065 bertenor 21 tahun yang harganya melonjak ke posisi 103,5 dengan yield yang menurun ke posisi 6,318% pada penutupan Kamis (1/11).

Demikian juga dengan FR0058, harga SUN seri acuan bertenor 20 tahun mencapai level 121 dengan yield 6,36%. Pada akhir pekan lalu, FR0058 baru berada di harga 119,30 dengan yield 6,49%.


Fund Manager Indosurya Asset Management Fridian Warda menuturkan, selera risiko asing terhadap pasar obligasi Indonesia bangkit karena pertumbuhan ekonomi Indonesia kini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.

"Dengan tingkat pertumbuhan 6,4%, lebih besar dibandingkan Filipina (5.9%) serta Malaysia (5.4%), sehingga dapat menjadi faktor penarik bagi investor asing untuk investasi pada pasar obligasi Indonesia," jelas Fridian kepada KONTAN, Jumat (2/11).

Dia juga menyampaikan, penguatan harga obligasi kemarin dipicu positifnya rilis data ekonomi dalam negeri. Inflasi Oktober membaik ke angka 4,61% (year on year) serta eksporĀ Oktober yang naik 13% dibandingkan bulan sebelumnya.

"Data inflasi yang rendah semakin menurunkan niat bank Indonesia (BI) untuk menaikkan tingkat suku bunga, atau bahkan potensi penurunan suku bunga mungkin terjadi agar dapat memajukan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkapnya.

Fridian melihat tren kenaikan harga obligasi pemerintah sudah terlihat selama 30 hari terakhir. Imbal hasil SUN berjangka waktu 10 tahun turun dari 6,03% ke 5,72% selama hampir sebulan. Analis Obligasi Sucorinvest Central Gani Ariawan mencermati bahwa bank-bank asing telah bayak melakukan transaksi di pasar obligasi domestik.

"Rata-rata seri obligasi pemerintah ada yang naik sampai 200 basis poin (bps)," jelas Ariawan. Tapi pekan depan kemungkinan harga tak lagi setinggi ini. "Kemungkinan ada aksi profit taking sehingga harga terbatas naik sekitar 50 bps-76 bps," prediksi Ariawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: