KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemodal asing menguasai saham di sejumlah emiten batubara. Kabar terbaru, komposisi pemodal asing dan lokal di PT Bumi Resources Tbk (BUMI) bergeser pasca restrukturisasi utang. Per November 2017, sebelum transfer kepemilikan saham yang merupakan bagian dari konversi utang, asing hanya punya 26,32% saham BUMI atau 17,2 miliar. Adapun pemodal lokal menguasai 48,17 miliar saham (73,68%). Per Desember 2017, komposisinya berubah. Pemodal asing mendominasi BUMI, yakni 41,85 miliar atau 64,02%. Adapun pemodal lokal memiliki 23,52 miliar (35,98%).
Salah satu korporasi asing yang menguasai BUMI adalah Chengdong Investment Corp. Per 11 Januari 2018, perusahaan asal Tiongkok ini menggenggam 22,71% saham BUMI
. Meski demikian, kendali atas BUMI tidak sepenuhnya berubah. Keluarga Bakrie masih memiliki kendali atas BUMI. "Keluarga Bakrie masih memiliki kontrol, namun sekarang berkolaborasi dengan para kreditur," ungkap Dileep Srivastava, Direktur BUMI, belum lama ini. Selain BUMI, beberapa emiten batubara juga dikuasai asing. Salah satunya Indo Tambangraya Megah (ITMG). Per 30 November 2017, Banpu Minerals,
private company yang berbasis di Singapura, menguasai 736,07 juta saham, atau sekitar 65,14%. Ada pula Delta Dunia Makmur (DOID). Per 31 Desember 2017, pemodal asing menguasai 5,12 miliar atau 59,84% saham DOID. Sedangkan pemodal lokal memiliki 3,42 miliar atau 40% saham DOID. Analis OCBC Sekuritas Inav Haria Chandra menilai momentum sektor batubara memang sudah tak sekencang dua atau tiga tahun lalu. Valuasi sektor batubara sekarang sudah seimbang dengan imbal hasil. "Berbeda dengan dua atau tiga tahun lalu yang valuasinya masih murah," ujar dia kepada KONTAN akhir pekan lalu, Jumat (12/1). Namun, masih ada sejumlah sentimen yang menghangatkan bisnis batubara. Salah satunya, data makro China yang menunjukkan perbaikan. Hal ini mengindikasikan industri manufaktur Tiongkok kembali menggeliat. Dus, potensi permintaan batubara dari salah satu negara importir batubara terbesar di dunia itu membesar. "Untuk
bullish, kami belum berani bilang, tapi juga belum saatnya
bearish," kata Inav.
Analis Minna Padi Investama Evelyn Rosiana Dewi memprediksi potensi kenaikan harga batubara masih cukup besar. Pasalnya, sejak kuartal ketiga tahun lalu, China terus mengurangi produksi lokalnya. Pengurangan ini dilakukan di tengah harga batubara yang meninggi. Alhasil, prospeknya menarik. "Selain harganya bagus, permintaannya juga terus meningkat," tambah Evelyn. Dalam sebulan terakhir, indeks pertambangan di BEI sudah menanjak 14%, tertinggi di antara indeks sektoral di BEI. Inav belum punya rekomendasi khusus atas saham tertentu. Tapi, emiten batubara yang menarik adalah yang masih memiliki pertumbuhan produksi. Sebab, produksi merupakan salah satu faktor penentu perolehan laba. "Soal produksi, ada PTBA dan BUMI," ungkap Inav. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini