Asing mengurangi posisi di saham big caps



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus merosot. Kemarin, indeks saham ditutup turun 0,77% ke 6.500,11. Investor asing juga masih terus menarik dana dari bursa. Sejak awal tahun, posisi net sell investor asing di bursa sudah mencapai Rp 11,72 triliun.

Investor asing terutama mengurangi posisi di saham-saham berkapitalisasi besar (big caps). Sepekan terakhir, asing mencetak net sell di 10 saham dengan kapitalisasi terbesar di bursa (lihat tabel).

Bila dihitung sejak awal tahun, asing cuma punya posisi beli bersih (net buy) di BMRI. Sementara di 10 saham terbesar lain asing net sell.


Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) salah satunya. Kemarin, net sell asing di BBRI mencapai Rp 81,9 miliar. Dalam sepekan terakhir, akumulasi net sell asing di BBRI mencapai Rp 359,76 miliar. Bahkan, sejak awal tahun, saham BBRI dilanda aksi net sell terbanyak, dengan nilai Rp 4,44 triliun.

Analis menilai asing melepas saham kapitalisasi jumbo ini bukan karena sentimen negatif pada fundamental emiten, tapi lantaran sentimen negatif di makro ekonomi. "Faktor pelemahan rupiah," kata Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto pada Kontan.co.id, Selasa (6/2).

Asing masih net buy sepanjang tahun lalu. Ketika memasang posisi beli, asing mengonversi duitnya ke dalam rupiah. Saat itu, kurs rupiah belum selemah saat ini. Semakin dalam rupiah melemah, semakin mahal saat konversi ke dollar Amerika Serikat (AS) kembali dilakukan. "Karena itu asing profit taking sebelum keuntungannya tergerus," terang David.

Namun, asing tidak sepenuhnya pergi. "Investor asing keluar untuk sementara waktu dan menempatkan dananya di instrumen seperti obligasi global," kata Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman.

Tak heran, Komodo Bond terbitan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) masing-masing sebanyak 2,5 kali dan 4 kali.

David sependapat. Kupon obligasi bisa jadi lebih rendah. "Tapi risikonya juga tak setinggi saham," imbuh dia. VP Research & Analyst Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere menilai, bursa saham juga sudah memasuki area jenuh beli secara bulanan. Apalagi ada sentimen pemilu. "Setahun sebelum pemilu, bursa saham sering kali tertekan," kata Nico.

Bursa saham juga terkena pengaruh faktor kekhawatiran naiknya suku bunga AS, yang menekan rupiah. "Pemerintah dan Bank Indonesia harus mampu membuat kebijakan yang memberi iklim investasi kondusif, sehingga dapat menjaga stabilitas nilai tukar," jelas Norico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati