JAKARTA. Mengawali kuartal IV -2015, investor asing kembali masuk ke pasar surat berharga negara (SBN). Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) mencatat
net buy asing sepanjang Oktober 2015 mencapai Rp 5,39 triliun. Nilai tersebut naik setelah sepanjang kuartal III-2015, asing mencatat
net outflow sebesar Rp 14,1 triliun.
Presiden Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru mengatakan, masuknya pemodal asing dipicu oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) ke level Rp 13.600 per dollar AS. Sekadar informasi, nilai tukar rupiah menguat 6,98%
month on month (MoM) terhadap dollar AS dari posisi Rp 14.653 di akhir September ke posisi Rp 13.684 per dollar AS di akhir Oktober 2015. "Depresiasi rupiah sepanjang kuartal III mengakibatkan investasi yang dilakukan oleh investor asing mengalami kerugian karena meningkatnya risiko nilai tukar. Oleh karena itu, ketika rupiah menguat maka asing kembali masuk," tutur Ignatius, pekan lalu. Disamping itu, mulai menariknya
yield obligasi memasuki kuartal IV-2015 juga memikat investor asing. Sepanjang September saja, rata-rata imbal hasil obligasi pemerintah yang ditunjukkan oleh INDOBeXG-Effective
yield naik 0,83 poin dari 8,84% di akhir Agustus ke level 9,67% di akhir September 2015. Secara
year to date (YtD) September,
yield SBN mengalami kenaikan rata-rata 1,65 poin. "Sehingga memasuki Oktober,
yield mulai menarik," kata Ignatius. Selain asing, investor lokal juga menambah kepemilikannya di SBN. Misalnya, investor perbankan bertambah Rp 11,35 triliun atau 2,83% sepanjang Oktober. Kemudian, investor asuransi bertambah Rp 3,56 triliun atau 2,15%. Serta investor ritel bertambah Rp 23,68 triliun atau naik 82,72%. "Tingginya kenaikan investor ritel disebabkan oleh adanya penerbitan obligasi ritel Indonesia (ORI) 012 di bulan Oktober," ujar Ignatius.
Capital inflow tersebut menopang
bullish-nya pasar obligasi sepanjang Oktober. Rata-rata total
return obligasi pemerintah atau INDOBeXG-total
return naik 9,63 poin MoM. Rata-rata harga atau INDOBeXG-Clean Price menguat 5,05 poin. Sedangkan rata-rata yield atau INDOBeXG-Effective Yield turun 0.799 poin mom Oktober. Asing turun di obligasi korporasi Sementara itu, kepemilikan investor asing di obligasi korporasi justru turun Rp 240 miliar atau 1,19% dibandingkan September yang mencapai Rp 20,13 triliun. Total transaksi obligasi korporasi di Oktober juga turun 4,7% mom dari 1,866 kali di September menjadi 1.779 kali di Oktober. Rata-rata frekuensi transaksi harian di Oktober juga turun 4,7% dari 89 kali per hari menjadi 85 kali per hari di Oktober 2015. Demikian juga dengan total volume transaksi obligasi korporasi di Oktober yang tercatat turun 37% MoM dari RP 18,7 triliun di September menjadi Rp 11,63 triliun di Oktober. Rata-rata volume transaksi harian juga turun 37% dari Rp 891 miliar per hari di September menjadi RP 561 miliar per hari di Oktober. Ignatius mengatakan hal tersebut disebabkan oleh minimnya pasokan obligasi koporasi di pasar sekunder. "
Yield maturity obligasi korporasi menarik sehingga investor cenderung menggenggam hingga jatuh tempo. Akibatnya, barang beredar menjadi sedikit," kata dia. Instrumen ini masih didominasi oleh investor dana pensiun yang mencatat kenaikan kepemilikan Rp 530 triliun atau naik 0,76% MoM Oktober menjadi Rp 70,25 triliun. Sedangkan industri reksadana mencatat kenaikan kepemilikan Rp 1,08 triliun atau 2,04% menjadi Rp 53,8 triliun. "Komposisi kepemilikan reksadana di obligasi korporasi naik signifikan dari 20,84% di September menjadi 21,19% di Oktober 2015 dari total obligasi korporasi yang diperdagangkan sebesar Rp 253,85 triliun," papar Ignatius. Direktur IBPA Wahyu Trenggono memperkirakan investor asing masih akan masuk ke obligasi domestik hingga akhir tahun. Peringkat positif
outlook yang disematkan oleh lembaga pemeringkat Standard&Poor's(S&P) akan menambah daya tarik investasi surat utang di Indonesia. "Apalagi apabila tahun depan S&P memberikan peringkat Indonesia menjadi
investment grade, maka asing akan semakin banyak masuk ke Indonesia. Sebab, investor asing melihat ekonomi Indonesia masih menarik secara jangka panjang," tutur Wahyu.
Fixed Income Analyst Samuel Sekuritas Maximilianus Nico Demus memperkirakan
yield surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun di akhir tahun akan berada di kisaran 8,6% - 8,9%. Menurut dia, pasar obligasi akan dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga bank sentral AS, the Fed di Desember serta kondisi perekonomian Tiongkok. "Pasalnya, pertumbuhan Tiongkok sempat berada di level 6,9% atau terendah dari 2009," kata Nico Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto