Asing Ramai Masuk di Pasar Saham, Begini Efeknya Ke Reksadana Saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana tahun ini diperkirakan menarik. Terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak positif 0,77% sepanjang tahun berjalan.

Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, pergerakan positif di pasar saham didukung oleh berbagai faktor, termasuk prospek ekonomi yang membaik, kebijakan stimulus pemerintah, dan perbaikan kondisi global.

"Salah satu faktor yang positif dari hasil Pemilu 1 putaran," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (27/2).


Maklum, umumnya pelaku pasar tidak suka dengan ketidakpastian. Maka dengan Pemilu 1 putaran, ia melihat adanya harapan 'continuity' dan tidak ada perubahan secara signifikan terkait kebijakan ekonomi sehingga memberikan kestabilan di pasar.

Guntur menilai, prospek di pasar saham juga masih menarik. Ini berkaca dari dari kebijakan fiskal yang cukup prudent sejauh ini. Lalu, ekspektasi investor terkait pemotongan Feds Fund Rate (FFR) yang menyebabkan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Kinerja Reksadana Indeks Diprediksi Positif pada 2024

"Tentu ini secara tidak langsung menyebabkan potensi fundflow, dan masuknya dana asing ke pasar saham juga memberikan dampak positif yang menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek pasar modal Indonesia," tegasnya.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi melanjutkan, asing mencatat beli bersih di pasar saham sebesar Rp 20,23 triliun. Ia menyebut nilai itu mengalami perbaikan signifikan dibandingkan tahun lalu.

Hal-hal tersebut turut mengerek kinerja reksadana saham di awal tahun ini. Berdasarkan data Infovesta, reksadana saham menjadi salah satu kelas aset yang mencatatkan return tertinggi, yakni 0,29% MoM.

Salah satu produk HPAM, HPAM Saham Dinamis, mencatat return tertinggi sebesar 3,63% MoM. Adapul HPAM Ekuitas Syariah Berkah yang mencetak return 2,67%.

Selain return, dana kelolaan (asset under management/AUM) HPAM juga mengalami pertumbuhan mencapai Rp 7,58 triliun atau tumbuh 2,46% MoM. Adapun pertumbuhan tertinggi dari reksadana saham yang tumbuh 5,42%.

Namun, Reza mengingatkan untuk tetap memperhatikan volatilitas di pasar saham dan efek Pemilu. "Ketidakpastian pasar global dan domestik, serta efek Pemilu akan mempengaruhi kinerja reksadana saham," sebutnya.

Dengan prospek yang positif, HPAM cenderung memilih saham yang memiliki pendanaan kuat dan menjadi pionir di sektor tertentu untuk menghasilkan return maksimal. Sementara Pinnacle membidik underlying saham yang memiliki fundamental kuat, pertumbuhan potensial yang tinggi, dan terdiversifikasi dengan baik.

"Saham-saham di sektor-sektor yang terkait dengan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan jangka panjang seperti sektor konsumsi, infrastruktur, dan teknologi mungkin menjadi target utama untuk menghasilkan return yang maksimal," tutup Guntur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari