Asing serbu obligasi korporasi, volume meningkat



JAKARTA. Arus masuk dana asing yang deras mengangkat nilai transaksi obligasi korporasi di pasar sekunder.

I Made Adi Saputra, Analis Obligasi NC Securities, mengatakan, sampai Oktober 2012, nilai transaksi obligasi korporasi Rp 126,83 triliun. Sedang frekuensi transaksi sebanyak 20.700 kali. Bandingkan dengan rekor di tahun lalu, yaitu nilai Rp 123,35 triliun serta frekuensi transaksi 17.388 kali.Made menyebut kenaikan itu berkat peningkatan dana asing yang parkir di obligasi korporasi. Mengutip data KSEI, kepemilikan asing di obligasi korporasi naik 56,05% menjadi Rp 10,69 triliun per akhir Oktober 2012.

"Adanya investor asing yang juga melirik obligasi korporasi turut menambah transaksi di pasar sekunder, tahun ini, dibandingkan tahun lalu," kata Made, Kamis (8/11).


Memang, investor lokal masih mendominasi kepemilikan obligasi korporasi. Adanya penurunan return obligasi negara menyebabkan investor mengalihkan sebagian dananya dari surat utang negara (SUN) ke obligasi korporasi yang memberikan return lebih tinggi. "Tingginya jumlah penerbitan obligasi di pasar perdana, menambah jumlah obligasi yang beredar serta menambah likuiditas di pasar sekunder," tutur Made.

Mengutip hasil riset Indonesia Bond Pricing Agendy (IBPA), prospek obligasi korporasi Indonesia masih positif karena ekonomi Indonesia terbilang tumbuh di tengah buruknya kondisi global.

Rata-rata yield obligasi korporasi, merujuk ke Indonesia Corporate Bonds Yield Curve menurun 10,4 basis poin (bps) selama 29 Oktober-2 November. Yield obligasi korporasi bertenor menengah turun paling tajam, 15 basis poin.

Seri yang paling aktif diperdagangkan adalah obligasi subordinasi berkelanjutan I Bank BII Tahap II Tahun 2012 (BNII01SBCN2). Nilai transaksi Rp 132 miliar, dan frekuensi transaksi 24 kali.

Prediksi Made, tahun depan, pasar sekunder obligasi korporasi masih marak. Obligasi korporasi yang jatuh tempo depan senilai Rp 24,3 triliun. "Investor tentu harus membeli obligasi baru. Dan emiten perlu melakukan refinancing, seperti dengan menerbitkan obligasi baru ," kata dia.

Made merekomendasi beli untuk obligasi di pasar perdana karena harganya lebih murah. Namun, dia mengingatkan investor untuk mencermati peringkat obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana