Persaingan pedagang batik yang kian sengit membuat Asiwa, pemilik Batik Jaya Abadi di Cirebon, Jawa Barat, harus kreatif dalam berjualan. Caranya, dengan menyediakan sarana jemput pelangggan di stasiun Cirebon. Cara ini terbukti efektif. Kini, Asiwa mampu menangguk omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Berfikir kreatif ternyata penting dalam membangun usaha secara mandiri. Seperti yang dilakukan oleh Asiwa, pemilik perusahaan batik khas Cirebon bernama Jaya Abadi di kota Cirebon, Jawa Barat.Asiwa sejak tiga tahun lalu menggalang ide memasarkan aneka produk batik dengan cara yang relatif berbeda dari pengusaha batik lainnya. Ia memasarkan batik dengan sistem jemput bola ke konsumen. Caranya dengan memberikan layanan antar-jemput konsumen secara gratis ke stasiun kereta api Cirebon. Tidak hanya jasa antar-jemput ke stasiun saja yang ia berikan kepada konsumen. Asiwa terkadang menjamu konsumennya dengan makanan khas Cirebon seperti empal genthong atau bothok.Berkat layanan antar-jemput ke stasiun itulah usaha jualan batik Asiwa berbuah manis. Banyak pelanggan senang belanja batik di tempat Asiwa karena merasa nyaman, aman, dan mudah. Alhasil, banyak pelanggan Asiwa rutin berkunjung ke toko milik Asiwa. Sejatinya, Asiwa sudah membuka toko batik sejak lima tahun yang lalu di kawasan Trusmi, Cirebon. Selama dua tahun ia berjualan batik secara konvensional: menunggu konsumen datang dan membeli.Ketika itu, di Trusmi baru ada lima pedagang batik. Namun, menurut cerita Asiwa, setelah dua tahun dia berjualan di situ, jumlah pedagang kian bertambah hingga berjumlah puluhan. Bertambahnya jumlah pedagang batik itu tak lepas dari kian populernya batik cirebon belakangan ini. Maklum, ciri khas batik cirebon berbeda dengan batik solo maupun batik pekalongan. Salah satu motif terkenal batik cirebon adalah motif mega mendung yang memadukan warna-warna lembut dan warna cerah. Motif ini banyak dicari konsumen dari luar daerah Cirebon. Karena peminat batik cirebon kian banyak, para pedagang batik di Trusmi pun ikut menikmati hasilnya. Namun, dampaknya jumlah pedagang juga semakin banyak. "Jumlah pedagang makin menjamur,” ungkap Asiwa.Akibat jumlah pedagang yang kian banyak, persaingan pun kian ketat. Berbagai cara dilakukan pedagang untuk menarik minat konsumen datang ke toko mereka. Demikian juga Asiwa yang meluncurkan ide jemput konsumen ke stasiun kereta api Cirebon.Asiwa mengaku, layanan antar jemput konsumen ini terinspirasi layanan antar jemput yang dilakukan terhadap tamu-tamu hotel. “Kalau tamu hotel bisa dijemput, tentu tamu saya bisa dijemput juga,” terang Asiwa.Asiwa memberikan layanan antar jemput gratis itu menggunakan minibus miliknya. Hitungan Asiwa, biaya antar jemput ini tidak terlalu besar. Masih bisa ditutup dengan keuntungan berjualan batik sebab lokasi toko dengan stasiun relatif terjangkau, termasuk dengan terminal. "Akses transportasinya cukup mudah, tapi kami butuh mendekatkan diri kepada konsumen,” terang Asiwa. Layanan prima kepada konsumen itu ternyata mendapat respons yang baik dari pelanggan atau calon pelanggan Asiwa. Bahkan ada konsumen secara sukarela menginformasikan layanan itu lewat media sosial di internet. "Saya tidak promosi sendiri, tapi pelanggan yang mempromosikan," terang Asiwa. Dengan layanan antar jemput itu tak hanya pembeli yang menjadi kenal Asiwa. Nama Asiwa pun tenar di kalangan pedagang batik di luar Cirebon sehingga mereka pun kulakan batik di toko Asiwa. Nah, bagi calon pelanggan yang ingin berbelanja ke showroom Asiwa di Cirebon itu dan ingin dijemput di stasiun caranya cukup mudah. Pelanggan tinggal menghubungi Jaya Abadi dan kemudian membuat janji kedatangan. “Kalau jumlahnya sedikit, saya jemput pakai mini-bus kalau banyak saya jemput pakai Isuzu Elf yang mampu mengangkut penumpang lebih banyak,” terang Asiwa, berpromosi.Asiwa mengaku, berkat layanan antar jemput itulah penjualan batiknya menanjak drastis. Belakangan ini, dalam sebulan Asiwa bisa mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Asiwa sukses usai jemput pelanggan ke stasiun (1)
Persaingan pedagang batik yang kian sengit membuat Asiwa, pemilik Batik Jaya Abadi di Cirebon, Jawa Barat, harus kreatif dalam berjualan. Caranya, dengan menyediakan sarana jemput pelangggan di stasiun Cirebon. Cara ini terbukti efektif. Kini, Asiwa mampu menangguk omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Berfikir kreatif ternyata penting dalam membangun usaha secara mandiri. Seperti yang dilakukan oleh Asiwa, pemilik perusahaan batik khas Cirebon bernama Jaya Abadi di kota Cirebon, Jawa Barat.Asiwa sejak tiga tahun lalu menggalang ide memasarkan aneka produk batik dengan cara yang relatif berbeda dari pengusaha batik lainnya. Ia memasarkan batik dengan sistem jemput bola ke konsumen. Caranya dengan memberikan layanan antar-jemput konsumen secara gratis ke stasiun kereta api Cirebon. Tidak hanya jasa antar-jemput ke stasiun saja yang ia berikan kepada konsumen. Asiwa terkadang menjamu konsumennya dengan makanan khas Cirebon seperti empal genthong atau bothok.Berkat layanan antar-jemput ke stasiun itulah usaha jualan batik Asiwa berbuah manis. Banyak pelanggan senang belanja batik di tempat Asiwa karena merasa nyaman, aman, dan mudah. Alhasil, banyak pelanggan Asiwa rutin berkunjung ke toko milik Asiwa. Sejatinya, Asiwa sudah membuka toko batik sejak lima tahun yang lalu di kawasan Trusmi, Cirebon. Selama dua tahun ia berjualan batik secara konvensional: menunggu konsumen datang dan membeli.Ketika itu, di Trusmi baru ada lima pedagang batik. Namun, menurut cerita Asiwa, setelah dua tahun dia berjualan di situ, jumlah pedagang kian bertambah hingga berjumlah puluhan. Bertambahnya jumlah pedagang batik itu tak lepas dari kian populernya batik cirebon belakangan ini. Maklum, ciri khas batik cirebon berbeda dengan batik solo maupun batik pekalongan. Salah satu motif terkenal batik cirebon adalah motif mega mendung yang memadukan warna-warna lembut dan warna cerah. Motif ini banyak dicari konsumen dari luar daerah Cirebon. Karena peminat batik cirebon kian banyak, para pedagang batik di Trusmi pun ikut menikmati hasilnya. Namun, dampaknya jumlah pedagang juga semakin banyak. "Jumlah pedagang makin menjamur,” ungkap Asiwa.Akibat jumlah pedagang yang kian banyak, persaingan pun kian ketat. Berbagai cara dilakukan pedagang untuk menarik minat konsumen datang ke toko mereka. Demikian juga Asiwa yang meluncurkan ide jemput konsumen ke stasiun kereta api Cirebon.Asiwa mengaku, layanan antar jemput konsumen ini terinspirasi layanan antar jemput yang dilakukan terhadap tamu-tamu hotel. “Kalau tamu hotel bisa dijemput, tentu tamu saya bisa dijemput juga,” terang Asiwa.Asiwa memberikan layanan antar jemput gratis itu menggunakan minibus miliknya. Hitungan Asiwa, biaya antar jemput ini tidak terlalu besar. Masih bisa ditutup dengan keuntungan berjualan batik sebab lokasi toko dengan stasiun relatif terjangkau, termasuk dengan terminal. "Akses transportasinya cukup mudah, tapi kami butuh mendekatkan diri kepada konsumen,” terang Asiwa. Layanan prima kepada konsumen itu ternyata mendapat respons yang baik dari pelanggan atau calon pelanggan Asiwa. Bahkan ada konsumen secara sukarela menginformasikan layanan itu lewat media sosial di internet. "Saya tidak promosi sendiri, tapi pelanggan yang mempromosikan," terang Asiwa. Dengan layanan antar jemput itu tak hanya pembeli yang menjadi kenal Asiwa. Nama Asiwa pun tenar di kalangan pedagang batik di luar Cirebon sehingga mereka pun kulakan batik di toko Asiwa. Nah, bagi calon pelanggan yang ingin berbelanja ke showroom Asiwa di Cirebon itu dan ingin dijemput di stasiun caranya cukup mudah. Pelanggan tinggal menghubungi Jaya Abadi dan kemudian membuat janji kedatangan. “Kalau jumlahnya sedikit, saya jemput pakai mini-bus kalau banyak saya jemput pakai Isuzu Elf yang mampu mengangkut penumpang lebih banyak,” terang Asiwa, berpromosi.Asiwa mengaku, berkat layanan antar jemput itulah penjualan batiknya menanjak drastis. Belakangan ini, dalam sebulan Asiwa bisa mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News