JAKARTA. Perolehan premi dari kendaraan bermotor dan properti tahun ini memang tertekan. Tapi, perusahaan asuransi masih berpeluang mengais rezeki melalui segmen bisnis mikro. Ini dialami Asuransi Bangun Askrida (Askrida), yang mencatat pertumbuhan perolehan premi sekitar 20%
year on year. Hingga Juli, perusahaan ini mencatat perolehan premi Rp 980 miliar. Ai Sobaryadi, Direktur Utama Askrida, mengakui terjadi pelambatan penyaluran kredit segmen bank pembangunan daerah (BPD) terimbas kenaikan bunga dan penurunan ekonomi. Namun, perolehan premi tidak terpengaruh.
Toh, BPD tetap mencatat pertumbuhan. Berdasarkan data Bank Indonesia, BPD menyalurkan kredit sekitar Rp 250,41 triliun per Juli lalu. Pencapaian ini lebih tinggi 23% dibanding periode yang sama tahun lalu. Penyumbang terbesar kredit BPD, yaitu pembiayaan pada para pedagang besar dan eceran yang melesat 19% menjadi Rp 24,46 triliun. Saat ini, mayoritas atau 50% perolehan premi Askrida berasal dari asuransi kredit usaha mikro kecil dan menengah UMKM. Sebanyak 25% dari asuransi properti (kebakaran) dan 15% dari penjaminan proyek atau surety bond. Manajemen Askrida optimistis, bisa melewati target perolehan premi sebesar Rp 1,4 triliun hingga akhir tahun nanti. Ai bilang, kemungkinan perusahaan bisa mengumpulkan premi antara Rp 1,5 triliun - Rp 1,6 triliun. Ai beralasan, saat ini mitra Askrida tidak hanya berasal dari BPD, juga berasal dari bank nasional dan bank perkreditan rakyat (BPR). Seperti diketahui, pemegang saham Askrida berasal dari 26 BPD seluruh Indonesia.
Di sisi lain, Askrida juga berencana mengajukan penambahan modal kepada pemegang saham untuk mendukung ekspansi kantor pemasaran. Menurut rencana, tahun ini, Askrida menambah empat kantor pemasaran di Batam, Balikpapan, Tegal dan Cirebon. "Serta persiapan pemisahan unit usaha syariah (UUS)," tutur Ai, akhir pekan lalu. Pemisahan UUS ditargetkan terjadi pada tahun 2015. Saat ini, modal UUS Askrida mencapai Rp 50 miliar. Pemisahan UUS Askrida dirasa mendesak, karena saat ini sudah ada 14 BPD yang juga telah memiliki unit syariah. "Agar bisnis UUS lebih fokus," kata Ai. Perusahaan asuransi lain, Wahana Tata juga tengah menunggu izin memiliki unit syariah. Eddy Chandra, Direktur Keuangan Wahana Tata, berharap tahun depan unit syariah ini bisa beroperasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia