Askrindo incar asuransi bermodal cekak



JAKARTA. Ada kabar menggembirakan bagi asuransi umum bermodal cekak. Mereka tak perlu khawatir peminat perusahaan mereka hanya investor asing. Investor lokal, yakni Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) tertarik membeli salah satu asuransi umum yang kesusahan modal. Jika cocok, asuransi pelat merah ini akan membeli dan menjadikannya anak usaha.

Askrindo serius membidik salah satu asuransi bermodal cekak. Manajemen sudah mulai memilah asuransi yang layak beli. Pemilahan berlangsung di tim pengkajian.

Tim akan menilai, asuransi yang layak beli berdasarkan kinerja dan catatan keuangannya. "Hanya satu asuransi saja kami pilih," ujar Didiet Pamungkas, Direktur Teknik dan Operasi Askrindo, akhir pekan lalu.


Ada sekitar lima asuransi umum sudah masuk radar bidikan Askrindo. Perusahaan asuransi itu rata-rata beraset Rp 300 miliar sampai Rp 400 miliar. Sayang, Didiet enggan membongkar nama asuransi tersebut. Soalnya, hal itu bisa mengganggu proses jual-beli, karena calon penjual bisa menaikkan harga.

Namun, naga-naganya, Askrindo akan mencari asuransi yang memiliki pangsa pasar jelas. Sebab langsung membantu pertumbuhan premi bagi Askrindo. "Punya captive market," terang Didiet.

Keseriusan Askrindo juga terbukti dengan kebijakan manajemen yang mengalokasikan dana di atas Rp 100 miliar untuk proses ini. Dana sebesar itu untuk mengakuisisi sebagian besar saham. Asuransi BUMN ini, ingin menjadi pemegang saham mayoritas. "Kami tidak mau setengah-setengah, kalau bisa majority," urainya.

Manajemen menargetkan, pembelian rampung pada semester II 2012. Kemudian, anak usaha baru sudah berkontribusi kepada Askrindo pada 2013. Askrindo perlu cepat karena tahun depan target laba sebelum pajak mereka sebesar Rp 500 miliar.

Rencana Askrindo melegakan industri asuransi. Maklum, investor lokal jarang berminat masuk ke pasar asuransi. Padahal, per kuartal I 2012 masih ada 31 perusahaan asuransi yang bermodal kurang dari Rp 70 miliar (modal minimal tahun ini), 23 diantaranya asuransi umum.

Hal itu menimbulkan kekhawatiran di industri, karena investor asing bakal semakin menguasai dunia perasuransian domestik. "Padahal regulasinya memungkinkan lokal untuk masuk," kata Julian Noor, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie