Asosiasi Emiten Kritik Penutupan Bursa Saham



JAKARTA. Keputusan pemerintah memperpanjang masa penghentian sementara atau suspend Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai mengundang pro dan kontra. Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mempersoalkan ketidaktegasan pemerintah di tengah kondisi memburuknya bursa saham."Sebaiknya jangan ditunjukkan kepada publik jika sebenarnya keputusan pemerintah ini tidak percaya diri," kata Ketua AEI Airlangga Hartarto di Jakarta, hari ini. Menurut dia, pemerintah tidak memiliki alasan jelas dalam memperpanjang masa penutupan bursa.Hari ini, pemerintah tidak jadi membuka kembali perdagangan saham yang sudah ditutup sejak Rabu pagi lalu. Alasannya, kondisi bursa saham global sedang memburuk. Airlangga mengakui, memang ada kekhawatiran kondisi tersebut memicu aksi jual oleh para investor saat BEI dibuka kembali. Sehingga, mendorong kejatuhan indeks harga saham.Namun, dia menganggap pemerintah tidak bisa membiarkan para pelaku pasar menunggu terlalu lama. Sehingga, dia menyarankan agar perdagangan saham kembali dibuka Senin pekan depan.Di tempat terpisah, seorang broker saham mengatakan, penutupan bursa kali ini membingungkan. Selain tidak ada informasi yang memadai, langkah itu juga tanpa mekanisme yang jelas. "Seharusnya pemerintah membukanya, karena yang kami butuhkan adalah transaksi agar likuiditas kembali normal. Toh tidak semua investor bertindak irasional," tukasnya. Di tengah kondisi bursa yang tidak menentu saat ini, dia meminta para emiten melakukan keterbukaan informasi.Sedangkan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany menyatakan, keputusan memperpanjang masa penutupan bursa ini berdasarkan masukan dari para broker dan semua pelaku pasar. Namun, dia mengakui kekurangan distribusi informasi dari para emiten sehingga terjadi distorsi informasi.Direktur Utama BEI Erry Firmansyah menambahkan, keputusan itu tidak hanya untuk melindungi kejatuhan indeks saham. "Yang kami inginkan keputusan ini tidak menambah pelik perekonomian," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie