Asosiasi klaim HET gula beratkan beban pengusaha



KONTAN.CO.ID - Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula dianggap dapat memberikan keuntungan kepada konsumen dan merugikan para produsen gula. Hal tersebut diungkapkan oleh Agus Pakpahan, Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI). Menurut Agus, maksud keuntungan tersebut dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, HET gula yang ditetapkan saat ini sebesar Rp 12.500 per kilogram (kg), sementara tahun lalu harga gula mampu mencapai Rp 14.000 hingga Rp 16.000 per kg. Sementara itu, Agus menganggap produsen gula mengalami kerugian akibat biaya produksi yang terus mengalami kenaikan setiap tahun. Itu artinya, para pelaku usaha sulit untuk mendapatkan keuntungan.

Penetapan HET juga dianggap dapat menghilangkan kompetisi di antara pelaku usaha. "Dengan HET gula, konsumen diuntungkan karenamendapatkan harga yang relatif sama dengan harga yang lebih murah. Kalau produsen, harga itu berhubungan dengan cost. Untuk produsen yang biaya produksinya rendah, masih ada kesempatan untuk mendapatkan profit, tetapi yang biaya produksinya tinggi, maka marginnya akan kecil," tutur Agus, Minggu (3/8). Agus juga menyoroti aksi demonstrasi yang dilakukan para petani gula yang dilakukan beberapa waktu yang lalu. Menurut Agus aksi demo yang mereka lakukan adalah hal yang wajar.

Pasalnya, di negara berkembang seperti di Indonesia, para petani melakukan kesepakatan harga seorang diri tanpa campur tangan pemerintah. "Di negara maju, pendapatan petani berasal dari pemerintah, sementara di negara berkembang, yang petani coba lakukan adalah berjuang sendiri mendapatkan harga yang baik. Boleh dikatakan ini adalah upaya pendekatan petani untuk melakukan bargaining position untuk mendapat harga yang baik," jelas Agus.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina