Asosiasi Mainan Indonesia proyeksi pertumbuhan industri tahun ini stagnan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek industri mainan anak sebenarnya masih dapat berkembang lebih baik lagi. Hanya saja di tengah ketidakpastian di tahun politik ini turut mempengaruhi laju bisnis industri ini.

Sutjiadi Lukas, Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) tak menampik bahwa menjelang pemilihan umum ini para importir mainan masih melihat-lihat situasi. Tak jarang importir tersebut masih menunda untuk mengimpor mainan lebih banyak lagi.

"Apalagi di tahun kemarin pertumbuhan tidak sampai 10% seperti yang diharapkan di awal," ujar Sutjiadi kepada Kontan.co.id, Selasa (26/2). Adapun perolehan pertumbuhan industri ini di tahun kemarin diperkirakan sekitar 7,5% saja.


Selain itu pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi produk mainan juga turut mempengaruhi laju masuknya impor, sebab belum semua memproses penggunaan SNI pada produknya. Alhasil sepanjang kuartal I 2019 ini, Sutjiadi menilai market dalam negeri masih tergolong sepi.

"Kami berharap kuartal dua nanti dapat digenjot lagi. Musim libur sekolah dan libur panjang (lebaran) diharapkan ramai," terang Sutjiadi. Mengenai target di tahun ini asosiasi tak muluk-muluk, paling tidak sama dengan tahun 2018 kemarin.

Mengenai fluktuasi kurs dolar AS terhadap rupiah, menurut Sutjiadi tidak terlalu berdampak bagi impor mainan. Sebab mata uang yang digunakan sebagian besar RMB alias Yuan dari China, sehingga tidak terlalu terganggu dengan menguat atau melemahnya dolar AS saat ini.

Mengenai jumlah impor mainan di tahun 2018 lalu, menurut Sutjiadi rata-rata tiap bulannya ada sekitar 500-650 kontainer yang masing-masingnya punya nilai sekitar Rp 500 juta. Artinya jika dikalkulasikan nilai produk mainan yang masuk ke Indonesia selama satu tahun tersebut berkisar antara Rp 3 triliun sampai Rp 3,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .